Zakat Sedekah Wakaf
×
Masuk
Daftar
×

Menu

Home Tentang Kami Program Laporan Mitra Kami Kabar Daqu Sedekah Barang

Mulai #CeritaBaik Kamu Sekarang

Rekening Zakat Rekening Sedekah Rekening Wakaf

Alamat

Graha Daarul Qur'an
Kawasan Bisnis CBD Ciledug Blok A3 No.21
Jl. Hos Cokroaminoto
Karang Tengah - Tangerang 15157 List kantor cabang

Bantuan

Call Center : 021 7345 3000
SMS/WA Center : 0817 019 8828
Email Center : layanan@pppa.id

Mas Mono Buka Kunci Sukses Bisnis

12 March 2012
Image

 

Tak hanya dengan orasi, Mas Mono yang hanya tamatan SMA juga menyuguhkan tampilan slide-show yang merekam jejak masa lalunya. Bermula dari seorang office boy di sebuah perusahaan swasta di Jakarta, Pramono coba menaklukkan ibukota.

Beberapa pekerjaan sempat dia cicipi. Tak betah terus-terusan jadi orang suruhan, Pramono kemudian keluar kantor dan memilih jadi penjual gorengan. Enam bulan mentok berjualan gorengan dengan omzet Rp 20 ribu sehari, pada tahun 2001 Pramono banting stir.

Menggelar lapak di seberang Universitas Sahid, Jakarta Selatan, dia mulai jualan ayam bakar. Dengan penuh kesabaran dan keuletan, digelutinya profesi baru tersebut. Dari 5 ekor ayam perhari, terus meningkat jadi 20 ekor, 30 ekor seharinya.

‘’Ketika sehari saya sudah mampu menjual 80 ekor ayam bakar, tiba-tiba lapak saya digusur untuk dijadikan POM bensin,’’ ungkap Mas Mono mengenang kepahitan tahun 2004. Saat itu, ia berterus terang, sempat ‘’protes’’ kepada Allah SWT.

‘’Apakah saya belum cukup sabar selama ini mencari rejeki dari menjadi pesuruh sampai jual gorengan, kok usaha ayam saya kena gusur,’’ gugat Mas Mono dalam hati. Akhirnya Mas Mono menerima tawaran seorang pelanggannya, Ny Bachir, untuk pindah warung ke Jalan Tebet Raya no 57, Jakarta Selatan.

Terus terang ia sempat khawatir, karena lokasi baru tersebut terletak tidak di pinggir jalan besar dan masih sepi. Ternyata, kelak dari sinilah jaringan Ayam Bakar Mas Mono berbiak berpuluh-puluh outlet di berbagai tempat di Jakarta dan sekitarnya.

“Saya bersyukur, berkat digusurlah saya bisa menjadi seperti ini,” tandas peraih Asia Pasifik Entrepreneur Award 2010 ini. Dalam sebuah slide, tampak foto jadul Mas Mono tatkala masih berjualan ayam di seberang Usahid Jakarta Selatan.

Waktu itu dia memakai kaos putih, celana pendek komprang, berkalung handuk putih, tengah action di gerobaknya. “Foto ini saya pajang di salah satu ruangan di restoran ayam bakar, agar saya selalu ingat untuk tidak sombong,” katanya. Kepada peserta, Mas Mono member rahasia sukses bisnisnya.

“Buat produk yang baru dan unik, tetapkan target yang tinggi, dan beri layanan special serta cari lokasi yang strategis,” ungkapnya tentang jurus sukses usaha kuliner. Dan, jangan ketinggalan untuk selalu bersedekah berapapun yang dihasilkan.

Semakin besar sedekah, kian banyak reward yang diperoleh. “Maaf bukan bermaksud sombong, sewaktu usaha masih kecil, Saya pernah menyedekahkan sebesar omzet ayam bakar selama satu hari penuh. Alhamdulillah, Allah SWT memberi saya balasan yang lebih,” tutur penulis buku ‘’Rejeki Diantar’’ ini.

Ketika itu Mas Mono mendapat kontrak langganan dari sebuah perusahaan besar. Mas Mono menambahkan, jika ingin sukses, jangan hanya melihat kesuksesan orang lain. Tapi, segera lakukan apa yang ingin kamu capai.

Karena Allah SWT tidak akan merubah nasib seseorang, kecuali hamba- hamba-Nya mau mengubah garis hidupnya sendiri. ‘’Orang miskin dan kaya, sama-sama diberi waktu sehari 24 jam. Tinggal, kembali kepada pribadi masing-masing. Jika bisa mengatur waktu sebaik mungkin, dengan menanamkan cita-cita setinggi langit, insyaAllah sukses itu akan menyertai,’’ tuturnya.

Ia emnambahkan, ada 3-S yang harus dijalani kalau mau sukses. ‘’Sabar, Syukur, dan Sedekah” pungkasnya. Pengalaman sedekah juga disampaikan Ustadz Anwar Sani, pembicara berikutnya dalam seminar tersebut.

“Waktu itu saya berniat pindah rumah, dengan kesepakatan istri, kami mempunyai inisiatif baru yakni menyedekahkan rumah lama kami kepada orang lain,” ungkapnya, yang sempat membuat hadirin takjub. Ustadz Sani tersenyum melihat reaksi peserta seminar. ‘’Ya, sama, saya juga seperti tidak percaya ketika menyedekahkan rumah itu.

Terus terang pastilah sempat ada rasa khawatir nanti bagaimana gitu,’’ lanjutnya. Alhamdulillah, dengan keyakinan bahwa Allah SWT adalah sebaik-baik pemberi balasan, selang beberapa bulan kemudian Keluarga Sani menempati bangunan rumah baru senilai Rp 285 juta.

Lebih dari nilai rumah yang didermakan. Ustadz Sani juga mengisahkan pengalaman sedekah Pak Dasril. Diceritakan Sani, saat pergi Umroh tahun 2010, Dasril kerap memisahkan diri dari rombongan, baik saat city tour maupun ibadah umroh. Bahkan waktu jam istirahat makan, Dasril juga ‘’menghilang’’. Istrinya sendiripun, tak tahu- menahu ke mana dia pergi.

Karena penasaran, Ustadz Sani ‘’memburu’’ Dasril. Dan, jawaban atas misteri seringnya dia menghilang, membuat Sani merinding. “Saya sedang asyik bernostalgia dengan Allah SWT,” tutur Sani menirukan perkataan Dasril. Riwayat hidup Dasril pun disampaikan Ustadz Sani. Lelaki itu hanyalah seorang penjual kopi bubuk sejak 1980.

Suatu hari, ia berkeinginan bisa berangkat ke Tanah Haram, usai numpang nonton TV di rumah tetangganya yang kebetulan tengah menayangkan siaran langsung jamaah haji yang sedang tawaf. Dasril hanya membayangkan dirinya seakan-akan ikut tawaf di sana.

Keesokan harinya, seorang tetangga yang mendatangi Dasril, lalu meminta tolong menjualkan kopinya ke Jakarta sebanyak 3 ton. Dasril pun menyanggupi, ia pergi ke Jakarta. Masa itu, harga kopi sungguh melambung. Naik hingga mencapai 100 persen, Dasril tidak menjualnya langsung, ia menunggu, dan dalam dua minggu, harga kopi langsung meroket naik 300 persen.

Dasril pun lekas menjual kopi titipan tersebut. Dasril kemudian pulang dan menyerahkan seluruh hasil penjualan kopi tersebut. Sepeserpun dia tidak mengambil keuntungan. Dan subhanallah, orang tersebut malah memberikan seluruh hasil uang penjualan kopi senilai 300 persen kepada Dasril. Inilah yang memungkinkan Dasril umroh.

Cerita lain, tentang Hajjah Wati, pengusaha catering di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Ia menyedekahkan hotel senilai Rp 1,2 Milyar di Kapuas, yang kini dikelola PPPA Darul Quran sebagai penginapan dan Rumah Tahfidz.

Dengan sedekahnya, usaha catering Hajjah Wati terus eksis dan berkembang. Dari hasilnya, dia pun mempelopori puluhan Rumah Tahfidz di Palangkaraya. Seminar ditutup dengan pelelangan 2 buah foto Ustadz Mansur dan sebuah mobil yang disedekahkan pemiliknya yang berhajat ingin memiliki keturunan. Para peserta pun dipersilakan bersedekah dadakan harta yang ada saat itu.

Subhanallah, akhirnya terhimpun sedekah dari peserta seminar sebanyak hampir Rp 33 juta. Seorang peserta pun menyedekahkan laptop yang dibawanya. (Zub/Andi)



Nikmati kemudahan informasi terkait program-program Daarul Qur'an melalui email anda