Walau tunanetra, remaja itu ingin mendapat tempat di shaf depan guna mengikuti acara pembukaan ‘’Indonesia Menyimak Qur’an’’ (IMQ).
Dia ingin mendengar langsung suara para imam Masjid Nabawi, sekaligus sambil menguji hafalannya sendiri. ‘’Saya tidak memiliki bola mata sejak lahir,’’ ujar remaja bernama Ahmad Muttaqin tersebut. Tiga kakaknya, semua bermata normal. Walau begitu, anak bungsu ini tidak menyerah.
Dia tetap bersekolah hingga tamat Sekolah Dasar di Kecamatan Terisi, Indramayu. ‘’Tapi, saya tidak mendapat ijazah SD. Mau masuk pesantren, orangtua nggak punya uang,’’ tutur anak seorang petani ini lirih. Alhamdulillah, Ahmad lulus seleksi beasiswa PPPA Daarul Qur’an.
Maka sejak Desember 2011, ia hijrah ke Bogor untuk mondok di Ponpes Daarul Qur’an Bogor. Dengan metode sema’an (tasmi’e), dalam waktu dua bulan Ahmad sudah mampu menghafal 3,5 juz Qur’an. Dia ingin ngebut untuk mengkhatamkan 30 juz tahun depan.
‘’Saya ingin membuka pesantren Daarul Qur’an khusus untuk anak tuna netra,’’ kata Ahmad Muttaqin menyebutkan cita-citanya kelak.
Tak lupa ia berterima kasih kepada segenap Asaatidz dan donatur Daarul Qur’an yang sudah membiayainya mondok secara gratis. (bowo/pppa daqu)