Manager Program PPPA Daarul Qur’an, Rano Bilal, menjelaskan, perkemahan Sabtu-Minggu dimaksudkan untuk konsolidasi Rumah Tahfidz binaan PPPA Daarul Qur’an. Saat ini, menurutnya, ada sekitar 300 Rumah tahfidz di seluruh Indonesia, dengan jumlah santri sekitar 30 ribu.
‘’Konsep Jambore Santri adalah memindahkan kehidupan pesantren di Rumah Tahfidz ke kemah sabtu malam minggu,’’ terang Rano. Aspek-aspek yang dinilai dari setiap kontingen meliputi amalan kepesantrenan, K3 (kebersihan, ketertiban, keindahan) kemah, dan kreativitas seni. Selain itu, panitia juga menyelenggarakan beberapa perlombaan yang diikuti utusan setiap kemah seperti lomba adzan dan baca shalawat.
Sebagai perangsang prestasi, panitia menyediakan berbagai macam hadiah seperti kulkas, TV, hp, music box, dan lain-lain. ‘’Kami juga memberikan tiket cuma-cuma kepada semua peserta untuk masuk ke Kebun Binatang Ragunan,’’ imbuh Rano. M Muslihan Bashri, Pembina Rumah Tahfdiz Al Azmy Gunungsindur, Bogor, menyambut baik kegiatan jambore santri.
‘’Melalui jambore ini kita bisa mengajak para santri untuk istiqomah beribadah dan mengaji dalam suasana apapun, misalnya ketika berwudhu harus antri panjang dan sholat berjamaah bergantian,’’ tutur mahasiswa Perguruan Tinggi Ilmu Qur’an Jakarta tersebut.
Meskipun sempat mendapat rinai gerimis pada Sabtu siang dan goyangan gempa pada minggu dini hari, para santri tampak menikmati kebersamaan mereka di tenda-tenda. ‘’Asyik, seru, mantap,’’ kata Andre dari Rumah Tahfidz Al Azmy. Rumah Tahfidz Al Ma’arif Tasikmalaya keluar sebaga juara umum Jambore Santri Qur’an.
Rumah Tahfidz yang memiliki 80 santri ini, kontingennya memenangi beberapa perlombaan. (nurbowo)