Zakat Sedekah Wakaf
×
Masuk
Daftar
×

Menu

Home Tentang Kami Program Laporan Mitra Kami Kabar Daqu Sedekah Barang

Mulai #CeritaBaik Kamu Sekarang

Rekening Zakat Rekening Sedekah Rekening Wakaf

Alamat

Graha Daarul Qur'an
Kawasan Bisnis CBD Ciledug Blok A3 No.21
Jl. Hos Cokroaminoto
Karang Tengah - Tangerang 15157 List kantor cabang

Bantuan

Call Center : 021 7345 3000
SMS/WA Center : 0817 019 8828
Email Center : layanan@pppa.id

Sunatan Massal di Dusun Air Rotan

13 June 2012
Image

Kaburnya Sofyan, membuat peserta sunatan massal berkurang dua orang. Dari semula yang mendaftar 50 anak, tinggal 48. Satu anak lagi batal ikut lantaran sakit. Belakangan Sofyan menyesali keputusannya, setelah melihat para pengantin sunat mendapat hadiah kain sarung, baju koko, peci, serta gula-gula.

Apalagi sakitnya sebentar saja, karena sunatan menggunakan metode sinar laser yang cepat kering. Sunatan massal digelar PPPA Daarul Qu’an di Dusun OeUe, Desa Mauleum, Kec Amanuban Timur, Kab Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, Ahad (10/6).

Pesertanya sebanyak 48 bocah laki-laki dan 95 perempuan dari 8 kampung, baik dari keluarga muslim maupun non-muslim. ‘’Di sini anak-anak perempuan memang biasa disunat walaupun sekadar satu goresan kecil,’’ terang Ny Mudrikah, Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) OeUe yang menjadi tuan rumah hajatan.

Pengantin sunat laki-laki ditangani Tim Dokter dari RSUD Kota Soe yang dipimpin Dr Widodo. Sedang yang perempuan ditangani Tim Ustadzah dari Atambua, perbatasan NTT-Timtim. Tim Dokter yang sebagian besar non-Muslim itu, tidak dibayar. ‘’Biasanya kalau anak sini sunat ke Soe, habis biaya sekitar Rp 350 ribu plus transport ojek pergi-pulang Rp 100 ribu.

Biaya dan perjalanan ini sangat berat bagi warga OeUe,’’ jelas Mujito, koordinator lapangan pembangunan Rumah Qur’an PPPA Daqu yang sudah tinggal 3 bulan di OeUe. Kang Ji, demikian dia disapa, inilah yang melakukan pendekatan kepada pimpinan RSUD agar sunatan massal digratiskan.

Berdasarkan musyawarah warga, setiap 4 keluarga pengantin sunat menyumbang seekor ayam untuk konsumsi. Sedangkan alat dan bahan masakan lainnya, disediakan secara gotong royong oleh para guru MI dan Jamaah Masjid An Nuur OeUe.

Para guru dan ibu-ibu pula yang memasak untuk hajatan tersebut. Ratusan keluarga pengantin sunat menyemuti halaman sekolah MI OeUe untuk mendampingi anak atau keponakan yang hendak disunat. Kerumunan ini dimanfaatkan oeh sebagian warga dari kampung lain untuk berjualan aneka makanan kecil dan minuman.

Namun, hanya beberapa orang yang membeli. Jajan masih jadi kemewahan buat hampir semua warga OeUe. Sabtu (9/6) malam sebelum sunatan, Tim PPPA Daqu yang dipimpin Nanang Ismuhartoyo memutar film dokumenter Rumah Qur’an. Ratusan anak dan orangtua yang memenuhi masjid An Nuur, tergelak riuh ketika wajah-wajah mereka nongol di layer proyektor.

Sebelum sunatan, Ustadz Syarifuddin Nobisa mensosialisasikan kepada anak-anak bahwa sunatan itu wajib dan enak. Sampai Tim Dokter tiba, anak-anak itu masih dengan lantangnya menjawab ‘’Enaaak!’’ bila Ustadz Syarif menyeru ‘’Sunatan?’’ Begitu usai disunat, banyak anak yang berwajah manyun. ‘’Namben (sakit) Ustadz!’’ kata mereka.

Ustadz Syarif hanya tersenyum. ‘’Sebentar lagi juga sembuh,’’ katanya. ‘’Salepnya mana Ustadz, biasanya kalau mau buat perban harus disalep?’’ ujar seorang ibu yang anaknya ikut disunat. ‘’Kan sudah diberi obat oleh dokter, Bu. Obat itu untuk mengobati dari dalam sehingga tidak perlu salep lagi,’’ terang alumnus Sekolah Tinggi Agama Islam Cirebon itu.

Sementara itu, pengantin sunat perempuan langsung bisa beraktivitas seperti biasa. Mereka tak perlu menginap sampai 3 hari untuk dirawat seperti anak laki-laki. Senin (11/6), sebagian anak lelaki itu sudah gatal untuk bermain.

Ada yang main kartu remi, ada yang mulai menendang-nendang bola plastik. ‘’Ustadz, boleh kami pulang sekarang saja, tidak usah sampai Rabu,’’ kata emak mereka. (nurbowo)



Nikmati kemudahan informasi terkait program-program Daarul Qur'an melalui email anda