Hewan qurban tersebut masih di hutan. Padahal, kedua sapi sudah dipesan sejak sepuluh hari sebelumnya. Melalui Syaiful, saudagar asal Medan yang sudah lama bermukim di Saliguma, Tim QUIS Mentawai memesan dua jawi untuk dipotong di Saliguma dan Gotap. Setelah menerima order, Syaiful dan pengurus Masjid Nurul Hidayah membentuk tim ‘’buser’’ (buru-sergap) jawi.
Tim ini beranggotakan 6 orang, yang akan masuk dan bermukim di hutan minimal sepekan. Maklum, dengan harga nett Rp 4,5 juta/ekor, pemilik jawi mempersilakan pembeli menangkap sendiri jawinya di hutan. ‘’Seekor jawi butuh waktu paling tidak seminggu untuk ditangkap,’’ ungkap Mukhsin. ‘’Terus bagaimana, waktu kami di sini hanya sampai jam 12 besok siang sebelum Jum’atan.
Kami harus ke desa lain untuk memotong jawi di sana,’’ ujar Tim QUIS PPPA Daqu dengan deg-degan. Betapa tidak. Di Saliguma ini, bukan hanya listrik yang belum masuk. Sinyal ponsel pun tiada. Sedangkan desa terdekat jaraknya sekitar 40 menit dengan menumpang boat kayu mengarungi laut. Keterlambatan eksekusi agenda bisa membuat jadwal kerja berantakan. ‘’Sedang diusahakan, pokoknya besok sebelum Jum’atan jawi sudah tiba di masjid,’’ janji Mukhsin. Malamnya, warga muslim Saliguma yang berjumlah 156 keluarga (65%), mengadakan takbiran di masjid.
Ketua Tim QUIS PPPA Daqu didaulat memberikan taushiyah. ‘’Jamaah Nurul Hidayah, berqurban adalah salah satu amalan yang sangat dianjurkan agama kita. Pada Hari Raya Idul Adha, setiap keluarga sebaiknya berqurban walaupun hanya dengan seekor hewan qurban,’’ tuturnya. Ia menambahkan, qurban tidak harus jawi. ‘’Kalau mampunya baru seekor kambing atau domba, ya silakan saja tidak apa-apa,’’ katanya. Tiba-tiba, seorang ibu nyeletuk. ‘’Pak, boleh kita qurban goukgouk?’’ Jamaah sontak tertawa. Masak berqurban dengan ayam. Si ibu mesam-mesem malu.
‘’Silakan saja Bu ayamnya disembelih untuk dimakan panitia qurban. Itu juga termasuk amalan pengurbanan,’’ Ketua Tim QUIS menghiburnya. Malam takbiran diakhiri dengan pembagian bingkisan untuk santri TPA Nurul Hidayah yang berjumlah 40 anak. Dilanjutkan dengan pembagian paket sembako untuk keluarga dhuafa setempat. Esoknya, dalam naungan rinai gerimis, sholat Ied di Nurul Hidayah dimulai pada pukul delapan pagi. Dengan mikrofon yang suaranya timbul-tenggelam, Ustadz Andreas menjadi khatib dan imam sholat.
Masya Allah, sampai pukul sepuluh pagi, jawi belum juga datang. Padahal, qurban dari Keluarga Aditia Bazar itu harus ditunggui pemotongannya untuk diambil gambarnya buat laporan. Alhamdulillah, satu jam kemudian, tibalah jawi liar yang sudah diamankan tim buser. Lega rasanya, namun tak urung Tim QUIS PPPA Daqu memberi peringatan pada panitia qurban setempat agar lebih sigap. ‘’Sura bagatta (terima kasih sekali). Tahun depan beri kami kesempatan sekali lagi ya. Insya Allah kami tidak akan mengecewakan lagi,’’ rengek Ustadz Andreas saat Tim QUIS PPPA Daqu berpamitan menuju lain desa. (nurbowo)
http://www.pppa.or.id/gallery/category/52-quis-di-mentawai-jawinya-masih-di-hutan