Berbicara tentang kurban, cerita keagungan Nabiyullah Ibrahim dan Ismail memang tak akan pernah bisa dipisahkan. Ketundukan, kepasrahan dan kecintaan terhadap Sang Pencipta telah digambarkan pada perjalanan kisah hidup mereka.
Bagi kita umat muslim, melaksanakan kurban juga merupakan salah satu bentuk kecintaan kita terhadap perintah Allah dan rasulnya. Untuk itu, mempersiapkan kurban terbaik dan mempersembahkannya merupakan rangkaian cinta terhadap perintah Allah yang tidak mungkin dilalaikan juga.
“Kalau dulu, orang tua kita bilang, kelak kurban ini yang akan menjadi kendaraan kita untuk menyebrangi surga,” ujar KH. Ahmad Kosasih, saat memberikan kajian tentang faidah keutamaan berkurban, pada kajian bulanan Daarul Qur’an bersama ust. Yusuf Mansur, Minggu (22/9) di Masjid Istiqlal, Jakarta.
Untuk itu, masih kata KH. Ahmad Kosasih, karena kita pergunakan untuk di akhirat kelak, maka kita persiapkan kurban kita sebagus mungkin. Kesempatan kurban yang datang setahun sekali tersebut jangan kita tunaikan dengan sekedar menunaikan kewajiban saja.
Maka, segala persiapan tentang kurban, mulai dari pemilihan hewan layak kurban, adab penyembelihan hewan kurban, hingga sampai pendistribusian hasil potong hewan kurban pun harus dilakukan dengan cara yang terbaik.
Berbagai pujian dan ancaman dari Nabi Muhammad tentang mereka yang berkurban dan yang tidak pun bisa menjadi pemberat hati kita. Pemberat hati kita agar kita tidak melewatkan dan menyia-nyiakan kurban.
“Segeralah mengambil inisiatif, jika panitia kurban tidak mendatangi kita dalam kurban tahun ini,” terang KH. Ahmad Kosasih.
Cerita kurban sejak Nabi Adam Acara kajian yang dihadiri tidak kurang dari seribu jamaah tersebut, juga diisi oleh ust. Ahmad Slamet. Ust. lulusan Syiria tersebut, menerangkan tentang beberapa sejarah kurban sejak zaman Nabi Adam.
Ia mengatakan, perintah kurban sudah ada sejak Habil dan Qabil diperintahkan oleh Allah untuk mempersembahkan kurban terbaik mereka dihadapan Allah.
Peristiwa kurban yang berakhir dengan peristiwa pembunuhan pertama di muka bumi itu menyisakan banyak ibrah yang bisa diambil oleh anak manusia saat ini.
“Tapi Allah lebih memilih ternak yang dikurbankan oleh Habil dibandingkan dengan hasil panen yang dikurbankan oleh Qabil,” ujar ust. Ahmad Slamet.
Allah lebih memilih kurban yang dipersembahkan dengan ketulusan, kesungguh-sungguhan, dan tentunya kurban yang terbaik jika dibandingkan dengan kurban yang dipersembahkan dengan “ala kadarnya”.