"Kurang gak bapak dan ibu nonton televisi selama 30 menit?" tanya Kyai Kosasih pada jamaah pengajian di Masjid Al-Hadid, Cilegon, Banten Sabtu (26/10). "kurang" jawab jamaah laki-laki dan perempuan serentak. "Kalo 1 jam? 2 jam? atau lebih" kejar kyai Kosasih. "Lebih dari itu juga masih kuat ustad" jawab jamaah.
"Lalu kalau baca Al-Qur’an 15 menit, kuat?" Kyai Kosasih lontarkan tanya kembali. Semua jamaah masih serempak dan menjawab "kuat". "kalau 1 jam? 2 jam? atau lebih?" tanya kyai Kosasih. Tak ada jawaban yang keluar dari mulut jamaah, hanya senyum kecil yang terkembang.
"Lalu masihkan kita layak disebut sebagai muslim yang mencintai Al-Qur’an" pertanyaan penutup dari Kyai Kosasih yang sama-sama dijawab dengan tundukan kepala.
Dalam kajian yang merupakan bagian dari event Majelis Akbar Konseling PPPA Daarul Qur’an cabang Banten, Kyai Kosasih mengajak jamaah untuk bersama-sama mencintai kembali Al-Qur’an.
Al-Qur’an, tutur Kyai Kosasih, merupakan kitab yang benar-benar membawa keuntungan kepada bagi manusia. Bayangkan membacanya saja sudah mendapat pahala kebaikan lalu bagaimana yang menghafal, mempelajari dan mengamalkannya.
"Bahkan bagi yang baru belajar dan terbata-bata membacanya mendapatkan dua pahala. Yakni pahala membaca dan pahala karena susahnya membaca" ujar Kyai Kosasih.
Karena itu, lanjut ketua dewan syariah PPPA Daarul Qur’an, program utama Daarul Qur’an adalah mengajak masyarakat muslim Indonesia untuk sama-sama mencintai Al-Qur’an untuk lalu bersama tidak hanya sekedar membaca tapi juga menghafalkannya.
Alhamdulillah, berkat bantuan donatur kini sekitar 3000-an rumah tahfidz telah berdiri di seluruh Indonesia. Bahkan ada beberapa juga di mancanegara. Semoga dari sini nantinya hadir sumber daya manusia yang tidak hanya profesional dalam bidangnya tapi juga sebagai seorang penghafal Al-Qur’an.