Banjir besar yang terjadi di Kota Gaza telah menyebabkan ribuan orang harus kehilangan tempat tinggal. Banjir terjadi setelah selama hampir satu minggu hujan deras mengguyur kota dengan populasi 1,8 juta jiwa ini. Krisis kemanusiaan mengancam wilayah yang selama ini terisolir dari dunia luar akibat blokade oleh pemerintah Israel.
Abdillah Onim, relawan PPPA Daarul Qur’an yang berada di Gaza melaporkan sebanyak 42 ribu kepala keluarga terpaksa harus mengungsi ke sekolah-sekolah serta sebanyak 3300 unit rumah warga Gaza tenggelam. Banjir juga membuat proses pembangunan rumah tahfidz PPPA Daarul Qur’an di kota Gaza terhenti. Tingginya air tidak memungkinkan proses pembangunan untuk dilanjutkan.
Ketinggian air yang merendam kota Gaza mencapai ketinggian hingga 6 meter mengakibatkan sebagian kota Gaza yang berada di dataran rendah terendam layaknya danau raksasa. Buruknya cuaca yang sampai menembus suhu dibawah 1 derajat celsius semakin menambah penderitaan warga Gaza.
Ditengah musibah banjir ini serangan pesawat tempur Israel ke kota Gaza semakin menambah derita masyarakat. Israel juga menjebol 2 tanggul Shufa di Rafah dan tanggul Salqot di Deirbalah Gaza tengah. Jebolnya dua tanggul tersebut menyebabkan aliran air langsung masuk ke rumah penduduk.
Banjir besar ini semakin menambah duka masyarakat Gaza yang sebelumnya mengalami pemadaman listrik akibat krisis pasokan bahan bakar. Krisis bahan bakar terjadi akibat blokade oleh Israel dan penutupan terowongan-terowongan dari Mesir ke wilayah Gaza. Padamnya listrik membuat saluran air kotor tidak berfungsi hingga membuat air tergenang dan dalam hitungan jam air semakin tinggi.
Saat ini warga Gaza membutuhkan bantuan berupa jaket hangat, bahan makanan, tikar, senter, pampers, obat-obatan dan pelayanan kesehatan serta perahu karet untuk proses evakuasi. Ditengah minimnya bantuan yang masuk ke Gaza, PPPA Daarul Qur’an menyalurkan bantuan berupa logistik makanan dan selimut hangat. Selain itu relawan PPPA juga melakukan evakuasi kepada warga yang terjebak di dalam rumah.