Kota Manado, Sulawesi Utara, yang terkenal dengan keindahan alamnya nyaris tenggelam akibat banjir bandang disertai longsong yang menerjang kota tersebut. Puluhan ribu warga mengungsi kesejumlah tempat seperti gereja, masjid, sekolah dan kantor kelurahan.
Banjir terjadi akibat lima sungai, antara lain Tondano, Malalayang, Bahu, dan Singkil, meluap bersamaan akibat hujan deras yang turun sejak Selasa (14/1) siang hingga Rabu siang.
Musibah ini menimbulkan duka mendalam bagi warga Manado dan sekitarnya. Seorang pengungsi di masjid Amanah, Kampung Mahakam, Kelurahan Wawonasa Kecamatan Singkil mengatakan air datang tiba-tiba Rabu (15/1) pagi waktu setempat. Ketinggian air yang mencapai hingga 4 meter menelan rumah mereka tanpa sempat membawa banyak barang berharga.
Satu daerah yang berdampak parah dari musibah banjir dan longsor ini adalah Desa Tinoor, Kecamatan Pinelang, Kabupaten Minahasa. Untuk membantu masyarakat korban banjir dan tanah longsir SIGAB (Santri Siaga Bencana) Daarul Qur’an membuka posko bantuan dan evakuasi di desa yang saat ini terisolir karena jalan terputus total.
Aneke, Camat Tomohon Utara, mengatakan saat ini ada 5 orang korban meninggal dunia dimana puluhan lainnya masih tertimbun tanah. Puluhan rumah dan kendaraan baik roda dua dan empat rusak berat.
“Kami memberikan paket family kit yang akan membantu korban banjir dan longsor untuk memenuhi kehidupan sementara sekaligus paket kesehatan untuk 1000 orang” ujar Rano Karno M Bilal, General Manager Program Daarul Qur’an.
Daarul Qur’an, tambah Bilal, mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama membantu korban bencana banjir dan longsor di Manado dan sekitarnya. Semoga bantuan yang diberikan, berupa bantuan fisik dan terapi Al-Qur’an, bisa meringankan beban masyarakat di lokasi bencana
