Seorang ustad tidak hanya berfungsi sebagai guru ngaji namun lebih jauh dari itu ia juga harus menjadi pengayom anak didiknya. Maka itu seorang ustad atau ustadzah harus dibekali ilmu psikologi tentang anak. Hal tersebut disampaikan oleh Ir. Win Samodra MM, dalam acara Training Psikologi Pengajaran. Acara digelar atas kerjasama PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta dengan Penerbit Erlangga yang diselenggarakan di Gedung Training Erlangga,, Sabtu (15/3).
Win Samodra mengatakan peran seorang ustad sangat sentral terlebih dalam konsep rumah tahfidz yang mengadopsi sistem pesantren dalam pengajarannya. Hal tersebut dikarenakan santri yang ada di rumah tahfidz berasal dari latar belakang pendidikan umum.
“Bahkan di rumah tahfidz juga terdapat santri yang ngalong (tidak menetap) sehingga benar-benar wawasan tentang psikologi tentang anak harus d dipunyai oleh seorang ustad rumah tahfidz. Dengan demikian para ustad dapat secara efektif mengajar dengan baik”, ujar pria yang tengah merampungkan gelar doktornya di Universitas Airlangga ini.
Dalam acara yang diikuti oleh guru tahfidz dan pengurus rumah tahfidz se DIY dan Muntilan ini Win Samodra juga mengatakan kemampuan psikologi anak dibutuhkan oleh pengajar di rumah tahfidz karena sistem pengajaran yang secara langsung.
“Pengajaran seperti ini memiliki keunggulan secara langsung terhadap santri disebabkan pola pengajaran yang face to face lebih mengena sesuai dengan kemampuan si santri. Tentunya hal ini lebih mendalam jika seorang ustad tersebut memiliki wawasan tentang psikologi santri atau anak.”
Acara ini mendapatkan sambutan yang positif dari para peserta. Bahkan banyak yang mendiskusikan tema ini meski acara sudah berakhir.
“Kita berharap diadakan lagi training seperti ini tapi lebih detail lagi tentang psikologi anak, karena wawasan seperti ini sangat diperlukan bagi kami pengurus dan pengajar Rumah Tahfidz”, ujar Ustad Khoiron Ahmadi, pengurus Rumah Tahfidz Nurul Quran Ngembes Wonosari.