Listrik memang menjadi kendala di daerah pedalaman, termasuk di Kampung Qur’an OeUe yang terletak di Desa Mauleum Kecamatan Amanuban Timur, Kabupaten Timur Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Jaringan listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN) belum masuk di daerah ini. Untuk mendapat penerangan warga hanya bisa menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Masalahnya tidak semua warga bisa mendapatkan PLTS dengan mudah karena besarnya biaya.
Ketiadaan sumber listrik ini yang membuat aktivitas rumah tahfidz yang ada di Kampung Qur’an OeUe sedikit terganggu. Para santri praktis hanya bisa mengaji di siang hari saja.
“Padahal awalnya saya punya program mengaji setelah subuh dan maghrib. Namun karena keterbatasan penerangan, kami hanya mengaji setelah shalat dzuhur dan ashar saja” ujar Ustadz Muis (23) yang merupakan pengasuh di rumah tahfidz OeUe.
Maka, untuk membantu aktivitas mengaji para santri PPPA Daarul Qur’an memasang PLTS di dua lokasi yakni di rumah tahfidz dan di masjid. Dengan pemasangan ini diharapkan proses mengaji para santri bisa lebih baik sehingga mereka bisa menghafal Al-Qur’an dengan cepat.
“Semangat mengaji para santri memang sangat tinggi. Di tengah keterbatasan ini saja mereka dapat merampungkan hafalan juz 30 hanya dalam waktu 4 bulan” ujar pria berkacamata ini.
Ustad Muis pun mengaku dengan kehadiran penerangan di rumah tahfidz dan masjid ini akan semakin meningkatkan pembelajaran agama islam tidak hanya bagi anak-anak tetapi juga bagi para orang tua.