Dua orang pemuda mengenderai motor trail menembus jalan tanah di tengah hutan lebat Kabupaten Nganjuk Jawa Timur. Jalanan semakin parah dan berlumpur akibat huajn yang baru saja turun. Keterampilan mengendari motor trail dengan setumpuk barang yang dikemas di jok belakang, terus ditunjukkan pemuda misterius tersebut. Hari itu mereka bermaksud mendatangiwilayah sejauh 17 kilometer dari pusat keramaian desa. Nama tempatnya adalah Dusun Krondong Desa Mbajang Kecamatan Ngluyu.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam, akhirnya mereka sampai di tempat yang mereka tuju. Mereka berhenti di sebuah surau dan memarkir kendaraan sembari merapikan kembali barang bawaan yang sudah mulai berubah dari posisi awalnya. Setelah melepas lelah sesaat keduanya memanggul barang bawaannya menuju sebuah rumah yang sangat sederhana. Mungkin karena rasa capek, terlihat agak kepayahan dua pemuda ini membawa dua karung menuju rumah reyot berdinding kayu ini.
Setelah pintu diketuk keluarlah dua orang jompo menyambut kedua pemuda tersebut. Mbah Ndari (76 tahun) dan Mbah Prayit (73 tahun) adalah kakak beradik yang hidup dalam kekurangan ini tersenyum menyambut kehadiran mereka. “Siapa ini Nak ?” Tanya Mba Ndari dengan bahasa Jawanya. “Kami dari Daarul Qur’an Jakarta Mbah, mau memberi hadiah buat nenek berdua” Jawab salah satu pemuda dengan bahasa jawa juga. “Hadiah ?” tanyanya keheranan. “ini mbah, sekarung beras, kecap, minyak goreng, gula, the, kopi, klotok dan balur (sejenis ikan asin) buat Mbah berdua”. “Semua buat mbah agar jangan puasa terus, supaya badan mbah selalu sehat bisa ibadah kepada Allah”.
Mbah Ndari dan Mbah Prayit tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya, maka sesaat kemudian, meneteslah air mata kedua orang tua yang jarang makan dengan nasi dan lauk ini. Keheningan menyeruak beberapa waktu lamanya, tidak ada kata yang terucap, hanya isakan tangis keharuan sekaligus keheranan. Mereka berdua tidak pernah kenal dengan pemuda tersebut apalagi dengan nama Daarul Qur’an. Kedua warga desa yang selalu kekurangan ini juga tidak pernah meminta kepada siapapun meski mereka mengalami kesulitan. Tapi sepertinya Allah telah mengutus untuk mengabulkan doa-doa mereka.
“Jadi anak ini jauh-jauh dari Jakarta hanya ingin memberikan semua ini pada orang tua jompo seperti kami”.
“Kalau kami relawan Nek, kami tinggal di Surabaya”. ujar dua pemuda tersebut
“Siapapun Anak, kami mengucapkan terima kasih, terima kasih pada Daarul Qur’an yang sudah peduli. Syukur Alhamdulillah”
Setelah menengguk segelas air putih, kedua pemuda tadi pamit meninggalkan kedua jompo yang sangat bahagia. Kedua pemuda itupun keluar dari rumah reyot dengan sebait doa bahwa sembako yang mereka berikan bisa bermanfaat meski hanya cukup 1 – 2 bulan saja.
Setelah sholat maghrib di surau yang sederhana, kedua pemuda ini mengambil motor trailnya dan kembali menyusuri jalanan berlumpur dan mendaki sekitar 2 bukit. Pemuda ini akan istirahat sejenak untuk esok hari kembali memanggul beras untuk mereka yang butuh tapi tak meminta, kekurangan tapi tak pernah putus asa. Kedua pemuda dan puluhan pemuda di seluruh Indonesia yang menjadi relawan Daarul Qur’an akan terus bergerak di hari libur mereka (sabtu dan minggu) dari pekerjaan rutin untuk memberikan manfaat kepada masyarakat. Subhanallah.