Usai sahur dan subuh, Sabtu (19/7) lalu, Nek Muin rebahan di atas dipan bambu rumahnya. Baru saja ia terlelap, tiba-tiba terdengar riuh uluk salam di luar rumahnya. ‘’Assalamu ‘alaikum, Neeek, bangun, sudah sholat subuh belum?’’
Tergopoh-gopoh warga Kampung Pondokmiri Bogor itu bangkit dari pembaringan dan bergegas membuka pintu. ‘’Wa’alaikum salam, sudah, Nenek sudah subuhan. Ada apa ya?’’ katanya sambil mengucek-kucek mata. Tampak di hadapannya sejumlah santri remaja Rumah Tahfidz Al Azmy.
‘’Ini Nek, kami bawakan bingkisan dari Daarul Qur’an,’’ ucap Syauqi Afghan, salah satu santri, sambil menyerahkan kantong berisi beras, minyak goreng, gula, dan teh.
Dengan mata berbinar, Nenek Muin menerima rejeki yang tak disangka-sangka datangnya itu. ‘’Oh, makasih ya, biar tambah pinter kalian,’’ katanya senang.
Nenek Muin salah satu sasaran ‘’serangan fajar’’ Rumah Tahfidz Al Azmy Bogor binaan PPPA Daarul Qur’an. Ada sejumlah manula dhuafa lain di kampung setempat yang juga ketiban rejeki nomplok yang diantar para santri selepas subuh. Misalnya Nek Icah, Nek Jani, Nek Yatmi, dan Mak Ata.
‘’Sampai kaget saya, pagi-pagi didatangi rombongan santri dan diberi sembako. Kayak serangan fajar mau pemilu aja,’’ cetus Nek Giyatmi sambil terkekeh girang.
Kebahagiaan juga turut dirasakan Sainah. Anggota Jamaah Majlis Taklim Assyafiiyah yang menderita ayan (epilepsi) ini juga kebagian bingkisan. ‘’Makasih ya,’’ katanya terharu saat menerima bingkisan di rumah saudara yang ditumpanginya.
Pembimbing Rumah Tahfdiz Al Azmy, Ustadz Muslihan Basri, menjelaskan, pembagian bingkisan tersebut merupakan bagian dari Program Pekan Bakti Santri yang disponsori PPPA Daarul Qur’an. ‘’Selama sepekan, para santri kami latih bersosialisasi dengan masyarakat sekitar Rumah Tahfidz. Tujuannya agar mereka tidak menjadi seperti menara gading di lingkungan kampungnya,’’ kata Penghafal 30 Juz Al Qur’an itu.
Selain berbagi bingkisan buat manula dhuafa, para santri juga membesuk warga yang tengah sakit cukup parah. Mereka mendoakan dan membawakan bingkisan buat para pasien rawat jalan. Misalnya Sa’ir, Bendahara Masjid Al Barkah As Syafiiyah yang kaki dan tangannya baru dioperasi karena tertabrak mobil. Juga Cipto, anggota TNI Angkatan Darat yang sudah dua bulan menderita gangguan lambung kronis.
Sambil ngabuburit, dengan dikomandoi Ustadz Muslihan, santri-santri pun membersihkan lingkungan kelas dan mushola mereka. Mengambil dan membuang sampah dari mepang ikan, serta membabati bagian tetumbuhan yang sudah kelewat gondrong.
Malamnya, setiap santri sudah terjadwal untuk menjadi imam atau pemberi kultum tarawih di 3 mushola dan masjid kampung. ‘’Jadi imam sholat sambil muraja’ah (memantapkan hafalan),’’ ucap Faruq, santri yang orangtuanya sehari-hari berjualan nasi uduk.
Puncak acaranya adalah buka bersama dan nonton bareng serial Tahfidz Journey. Pada episode kedua serial yang ditayangkan Tahfidz TV dan TVRI ini, memang mereka sendiri yang menjadi pemain-pemainnya. Gelak tawa mengiringi bukber puluhan santri saat menyaksikan akting mereka sendiri di layar proyektor.