Sebagaimana data yang dilansir oleh UNDP tahun 2012, sebanyak 35 persen mayarakat Indonesia berada diatas garis kemiskinan. Demikian juga secara kewilayahan. Sebagian, bahkan tidak tertutup kemungkinan lebih dari 25 persen di antaranya berada dalam kondisi yang memprihatinkan, baik di Jawa maupun luar Jawa terutama.
Jika sudah demikian, maka bagi wilayah-wilayah yang “terpinggirkan” tersebut, menikmati makan sehari-hari secara layak mungkin merupakan suatu hal yang “mewah”. Apalagi dapat menikmati daging Qurban di Hari Idul Adha setiap tahun tentu merupakan anugerah yang luar biasa bagi warga di wilayah-wilayah tersebut.
Demikian pula dengan Dusun Ndano Na’e, Kelurahan Ntobo, Kecamatan Raba, Kota Bima. Meski dusun tersebut terletak hanya 10 km dari kota Bima, namun akses menuju lokasi tersebut sangat sulit. Untuk mencapai dusun yang terletak di atas bukit tersebut hanya bisa menggunakan sepeda motor karena beratnya medan. Sebanyak 83 kepala keluarga menghuni dusun tersebut.
Dusun tersebut sangat tandus ditambah aliran listrik PLN yang belum menjangkau lokasi tersebut. Mayoritas masyarakat berfprofesi sebagai petani, yang jika musim kering beralih profesi menjadi buruh bangunan di kota atau menjadi buruh tani di desa tetangga, maka dapat dibayangkan berapa besar penghasilan warga di dusun tersebut.
Akses layanan kesehatan juga sangat minim. Sehingga untuk membawa warga yang sakit ke kota, membawa resiko kematian karena sulitnya jalan yang dilalui. “Seperti daerah yang belum merdeka saja pak”, kata seorang warga dengan nada getir sewaktu mengantar Tim Quis Daqu ke dusun tersebut dengan sepeda motornya. Maka, kehadiran Tim Quis Daqu di dusun Ndano Na’e pada hari terakhir tasyrik untuk mengantarkan seekor sapi Qurban, disambut asangat gembira oleh seluruh warga dusun. Meski Tim hadir sudah sangat siang selepas lohor, namun tidak mengurangi kegembiraan warga yang sudah menanti sejak pagi. Karena sehari sebelumnya sudah mendengar bahwa akan ada rombongan dari Jakarta datang ke dusun membawa sapi Qurban untuk disembelih.
Inilah Qurban pertama yang mereka rasakan. Sulitnya akses dan kehidupan yang miskin membuat mereka tidak pernah menerima Qurban dari pihak lain, apalagi berqurban sendiri. Diawali dengan memandikan hewan qurban lalu membacakan doa bagi pequrban serta bertakbir maka hewan qurban pun disembelih. Abdurahman, tokoh masyarakat dusun Ndano Na’e menyampaikan rasa syukurnya yang mendalam serta terima kasihnya kepada Daarul Qur’an atas pemberian sapi qurban di dusun tersebut. Sehingga seluruh warga dusun dapat menikmati daging qurban yang tak pernah mereka kecap sebelumnya.
Sulitnya mencapai lokasi di beberapa wilayah distribusi qurban di Bima, menjadi terhapuskan kala melihat antusias dan kegembiraan warga menyambut dan menerima daging qurban. Semoga ini menjadi keberkahan baik bagi pequrban maupun penerima qurban..aamiin.. Sehingga Qurban tahun ini benar-benar Istimewa. Insya Allah....