Sebanyak 125 orang berkumpul di masjid Al-Barkah, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Sabtu (16/5). Mereka berkumpul untuk setor hafalan Al-Qur’an. uniknya mereka semua tuna netra.
Mereka berasal dari tiga rumah tahfidz dibawah binaan PPPA Daarul Qur’an, yakni rumah tahfidz Nurul Qolbi yang berada di Bogor, Kreo dan Cinere. Santri tahfidz tunanetra ini juga datang dari bermacam profesi, ada yang menjadi tukang pijat dan ada yang menjadi pedagang kerupuk keliling.
Meski mengalami keterbatasan fisik semangat meenghafal Al-Qur'an mereka sangat tinggi. Di sela-sela kesibukan mereka menghafal Al-Qur'an. Setiap harinya dalam satu pekan mereka berkumpul di rumah tahfidz untuk melakukan setoran hafalan dan perbaikan bacaan.
“Alhamdulillah program rumah tahfidz khusus tuna netra sudah berjalan lebih dari dua tahun. Subhanallah, semangat menghafal mereka sangat besar” ujar Muhammad Nasihin, Penanggungjawab Program Rumah Tahfidz PPPA.
Nasihin menambahkan ujian tahfidz ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana tingkat bacaan dan hafalan para santri di rumah tahfidz.
Ibrahim (55) salah satu santri di rumah tahfidz Nurul Qolbi mengatakan dirinya masuk di rumah tahfidz sejak dua tahun terakhir. Pria yang berprofesi sebagai tukang pijat ini termotivasi belajar dan menghafal Qur’an agar bacaannya baik saat jadi imam shalat.
“Saya memotivasi diri bahwa menghafal Qur’an adalah kewajiban. Setiap hari saya selalu menyempatkan untuk menghafal Qur’an. Alhamdulillah, sejak di rumah tahfidz ada yang membimbing bacaan dan hafalan saya” ujar pria asal Sumatera Barat.
Menjadi tunanetra bagi Ibrahim dan rekan-rekan lainnya bukanlah halangan untuk menghalaf Al-Qur’an. Ia mengaku banyak sekali keuntungan yang didapat dari menghafal Qur’an.