''Kaki saya tersengal-sengal,'' ujar Mak Ulis kepada Ilyas Abdullah. ''Maksudnya, nafas Ibu sesak?'' Kepala Puskesmas Desa Sapaya, Kec Bungaya, Gowa, Sulsel, itu memastikan. ''Indak, kaki saya Pak,'' Ny Ulis bergeming. Mmm, Ilyas bimbang mau memberi obat untuk sesak nafas.
Slamet, tuan rumah Posko Tim Aksi Solusi Atasi Polusi (ASAP) Daarul Quran, membisiki Ilyas. ''Tersengal-sengal itu maksudnya pegal-pegal,'' katanya.
Oooh, Ilyas tersenyum sambil menepok jidat sendiri. Itulah salah satu pengalaman berkesan relawan medis di posko Lorong Lestari, Palmera Lama, Jambi Selatan. Di SDN IX Pelempang, Kec Mestong, Muaro Jambi, banyak siswa lelaki kabur dan ngumpet saat kami datang.
''Hi, hi, hi, mereka takut dikira mau disuntik atau disunat,'' kata Dwi Setyawati, salah satu guru di SD itu.
Selama 2 hari di Jambi, Jumat-Sabtu (16-17/10), Tim ASAP Daqu membuka layanan di 6 titik (Paalmera Lama, Pelempang, Tumpino. Sungaiterap, Sengiti).
Pasien tercatat sekitar 2000 orang, usia bayi Menurut Ilyas, keluhan terbanyak pasien adalah ISPA, darah tinggi, nyeri ulu hati, diare, gatal-gatal, dan pegal-pegal.
''Stress menaikkan tekanan darah dan memicu nyeri ulu hati,'' terangnya.
Pada warga penyadap karet, keluhan spesialnya adalah kram tangan. ''Itu karena mereka tidak pemanasan sebelum menyadap karet. Posisi tangan statis selama 2 pekan berturut-turut saat menyadap karet, menyebabkan kesemutan dan kram,'' Ilyas menjelaskan.
Penyadap karet, tambahnya, harus banyak olahraga, terutama menggerakkan Ilyas membawa sejumlah kader relawan medis dari Sulawesi Selatan.
Dua diantaranya dokter, yang lainnya perawat dan pekerja kemanusiaan.
Salah satunya adalah anak Ilyas sendiri yang baru lulus SMA. ''Biar dia merasakan jalan hidup ayahnya juga,'' kata bapak dua Senin (19/10), Tim ASAP membuka posko di 2 titik di Kabupaten Indragiri Hulu.
Selanjutnya, Selasa (20/10), giliran menyambangi warga di pinggiran Kabupaten Siak. Namun, Ilyas Abdullah tidak bisa mendampingi timnya sampai tuntas. Senin, ia harus segera pulang karena ada urusan penting di Puskesmas yang dipimpinnya.
Tapi, Ilyas gagal terbang dari Bandara Sutan Sulaiman Kasim Pakanbaru. Kabut asap tebal, menyebabkan 78 flight di-cancel hari itu, termasuk pesawat yang akan membawa Ilyas.
Ia lalu naik travel ke Bandara Internasional Minang, Padang, untuk kemudian ke Makassar via Jakarta.