PPPA Daarul Qur'an terus berupaya melahirkan generasi penghafal Qur'an baru. Salah satunya dengan memperbanyak pendirian rumah-rumah Tahfizh dari satu kota ke kota lain, dari satu pelosok ke pelosok lain. Rumah Tahfidz Bintang Qur'an misalnya, salah satu rumah tahfizh mandiri yang berlokasi di Cirebon, Jawa Barat.
Alhamdulillah, 170 santri telah diwisuda pada 2016 lalu. Pengasuh Rumah Tahfizh Bintang Qur'an Dhini Widiawati mengatakan, para santri diajarkan metode My Q Map. Metode ini seperti perjalanan tawaf, sebab anak-anak diajarkan satu persatu ayat Qur'an dengan sistem pemetaan, berimajinasi melalui tanda-tanda yang dipelajari.
“Mapping ini menemukan sistem kolaborasi dari otak kiri, kanan dan tengah, sehingga akan mempermudah proses menghafal 30 juz beserta maknanya. Metode ini tentu bisa memotivasi santri menghafal Quran. Sebab mereka bisa lebih mudah dan efisien dalam mengafal. Saya berharap ke depan masyarakat Indonesia lebih banyak lagi yang hafal Quran,” ujar Dhini.
Metode My Q Map ini diciptakan sendiri oleh Dhini. Ia menjamin anak-anak, remaja, bahkan orang tua bisa langsung menghafal Quran dalam kurun waktu selama enam semester atau tiga tahun, asalkan menginap di pondoknya. Saat ini sudah ada sekitar 50 santri mukim sedangkan 400 santri pulang pergi ke Rumah Tahfizh Bintang Qur’an.
Melalui metode My Q Map para santri akan lebih cepat dalam menghafal Alqur’an. Anak-anak bisa menghafal secara acak, dari depan ke belakang maupun sebaliknya. Sistem mapping ini menggunakan sistem kolaborasi dari otak kiri, tengah dan kanan.
“Hasilnya, bukanya hanya menghafal ayat-ayat Quran saja, akan tetapi bisa memahami makna atau isi Quran sebanyak 30 Juz itu,” tutur Dhini.
Kini salah satu santri Rumah Tahfzh Bintang Qur’an sudah ada yang punya hafalan hingga 28 juz. Demi mencetak semakin banyak pengafal Alqur’an, PPPA Daarul Qur’an terus berupaya hadir memberikan dukungan kepada rumah-rumah tahfizh baik Rumah Tahfizh milik Daarul Qur’an, mitra maupun mandiri.
