"Jumlah muslim di sini hanya 30 persen," tutur Supangat, lelaki setengah abad dari Samigaluh, Kulonprogo saat kedatangan Tim Mobile Qur'an (MoQu) PPPA Daarul Qur'an Yogyakarta, Jum'at (26/5).
Hari itu, setelah hampir sebulan menanti kehadiran Tim MoQu, Supangat banyak bercerita tentang desanya.Di halaman samping Masjid Al Hikmah, sebuah masjid kecil yang ditumbuhi lumut di sanasini, Supangat memulai pembicaraannya.
Desa Samigaluh, Kulonprogo adalah sebuah desa di atas Bukit Menoreh dengan segala kecantikan di pelosoknya. Keyakinan Kejawen yang telah lama diikuti nenekmoyang perlahan memudar sejak ada kegiatan dakwah misionaris.
Kebanyakan memilih agama misionaris, sisanya tak sampai 30 persen yang memilih Islam. Lambat laun, para muslim berketurunan. Sebagai agama baru, Islam tak cukup dipahami kecuali sebatas salat dan puasa. Sedang mereka butuh mengerti Alqur'an yang berbahasa Arab.
Supangat, entah ia sudah generasi muslim keberapa. Supangat sempat mengenyam kuliah di Magelang. Meski tak lulus, ini membuatnya membuka pikiran dan pengetahuan lebih tentang Islam. Ia merasa anak-anak muslim di desanya perlu mengaji.
Dibantu sang istri, tetangga dan seorang ibu paruh baya bernama Walidah. Baca tulis Qur'an terlaksana di masjid mungil yang jauh dari kesan indah dibanding gereja-gereja yang tumbuh di setiap jalan masuk menuju kampungnya.
Dua atau tiga tahun lalu, Supangat memanggil seorang guru ngaji dari desa sebelah, karena ia pun banyak pekerjaan merawat ternak. Tiga kali dalam seminggu sang guru ngaji datang mengajar anak-anak yang jumlahnya hanya 25 anak. Dari mulai PAUD sampai kelas 6 SD.
Meski belum sempat menghafal Alqur'an, namun setidaknya mereka telah lancar membaca Alqur'an bahkan menderas sampai berpuluh-puluh juz sejak ngajinya.Ini adalah upaya Supangat untuk anak-anak muslim di desanya. Tak banyak hal, ia mengajarkan Qur'an semampunya. Tiga kali seminggu, anak-anak akan datang berbondong menuruni bukit menuju masjid.
"Sebaik-baik manusia adalah yang belajar Qur'an dan mengajarkannya" (HR. Bukhari). Inilah semangat Supangat dalam berdakwah di atas bukit Menoreh.Semoga, setiap usaha Supangat dan sejawatnya membuahkan hasil. Mungkin baru dapat dipetik beberapa tahun lagi, tapi semoga ini adalah awal yang baik untuk kebangkitan Islam di desanya. Aamiin.