Pulau Sebatik amat eksotik, pulau kecil ini dihuni penduduk dari dua negara, Indonesia- Malaysia. Maka tak heran, meski di Indonesia, hampir 80 persen barang logistik dipasok dari Malaysia. Warga pun biasa menggunakan dua mata uang, rupiah dan ringgit untuk transaksi sehari-hari.
Terletak di ujung utara Kalimantan, Pulau Sebatik dapat ditempuh dengan pesawat 3,5 jam dari Jakarta ke Tarakan, Speed Boat 2,5 jam Tarakan-Nunukan, setengah jam dari Nunukan ke Sebatik.
Jika sekilas melintas, tak ada beda Sebatik dengan lokasi lain. Selintas biasa dan normal-normal saja. Namun, dibalik semua itu, fenomena sosial di perbatasan ini amat menyedihkan.
Arus deras perdagangan barang haram seperti narkoba bak penyakit kronis. Pun dengan budaya miras menyerang anak muda. Akibatnya seks bebas pun sering terjadi.
Melihat kondisi ini, warga berinisiatif membuat rumah tahfizh. Abdul Sani misalnya, bersama sang istri membina rumah tahfizh yang ada di rumahnya. Saban sore hingga malam anak sekitar rumah bergilir setor hafalan. “Jika tidak mengaji, anak-anak akan terkontaminasi aktivitas negatif,” tutur Abdul.
Sudah empat rumah tahfizh berdiri di Pulau Sebatik. Khusus di Kalimantan Utara, rumah tahfizh juga berdiri di beberapa pulau, seperti Nunukan, Tarakan, dan Tanjung Selor.
Kehadirannya, diharapkan mampu menjadi benteng generasi muda atas masalah sosial yang ada. Warga berharap, rumah tahfizh di perbatasan menjadi embrio lahirnya generasi tangguh penghafal Qur’an.
Berita lainnya
22 July 2019
Keutamaan Surat Al-Fatihah
22 July 2019