Ada yang berbeda di Kampung Qur’an Bobanehena pada Ramadan kali ini, sebab pertama kalinya santri mengikuti Pesantren Ramadan yang digelar PPPA Daarul Qur’an bersama PayTren. Adalah Ustad Miftahur Rohman, guru tahfizh santri-santri Bobanehena yang menginisiasi terlaksananya kegiatan ini.
Acara yang dimulai sejak Selasa (13/6) ini disambut baik warga Kampung Qur’an Bobanehena yang terletak di pelosok Timur Indonesia ini, tepatnya di Halmahera Barat, Maluku Utara. Bahkan, para orangtua santri dengan sukarela menyiapkan hidangan buka puasa maupun sahur sepanjang berjalannya Pesantren Ramadan.
Pun dengan 50an santri yang mengikuti kegiatan ini, mereka begitu antusias meskipun sudah harus bangun sejak pukul 03.00 WIT untuk melaksanakan salat Tahajud, dzikir dan do’a berjamaah sampai pukul 03.45 WIT. Setelah itu mereka baru menyiapkan makanan dan sahur bersama hingga tiba waktu Shubuh.
Kegiatan santri di Pesantren Ramadan ini cukup padat, mulai dari salat wajib dan sunnah, dzikir dan do’a berjamaah, tahfizhul Qur’an, kerja bakti bersama, membaca surat-surat pilihan (Ar rahman, Al Waqiah dan Al Mulk) sampai mengikuti sejumlah perlombaan. Di sela-sela kegiatan, santri juga diajarkan untuk merawat sayuran seperti mentimun dan oyong.
Sejumlah kisah unik pun terselip dalam kegiatan yang digelar selama empat hari ini. Sebab, ini adalah kali pertama anak-anak Bobanehena mengikuti Pesantren Ramadan. Sejumlah santri sempat menangis di hari pertama, ada yang mengaku merindukan orangtua, ada pula yang merasakan perbedaan menu buka puasa di rumah dengan di Pesantren Ramadan.
“Maklum, ini pertama kalinya mereka mengenal dan belajar kegiatan di pesantren. Padahal rumah mereka hanya beberapa meter saja dari rumah tahfizh. Ini mengingatkan kami yang terlibat di Pesantren Ramadan ketika mondok di pesantren pada hari-hari di minggu pertama,” ujar Ustad Miftah sapaan akrab Miftahur Rohman.
Ia berharap setelah mengikuti Pesantren Ramadan, santri-santrinya dapat membiasakan diri menjadi santri yang disiplin dan tertib serta memiliki target hafalan. Apalagi sejumlah santri nantinya akan dikirim ke sejumlah Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an untuk meningkatkan hafalannya. ”Sebagaimana juga harapan akan adanya pesantren tahfizh di Bobanehena ini ke depannya,” tutur Miftah.
Istiqomah (14) mengaku senang bisa mengikuti Pesantren Ramadan di Rumah Tahfizh Bonanehena. Kegiatan ini membuatnya bisa belajar untuk menjadi pribadi yang lebih disiplin, khususnya dalam menentukan target hafalan.
Pengalaman di Pesantren Ramadan begitu berkesan buat Isti, sapaan akrabnya. Menurutnya, tidur bersama para santri akhwat yang merupakan teman main sehari-hari adalah pengalaman paling mengasyikan.
"Seru sekali, pingin lagi ada Pesantren Ramadan. Meskipun kangen orangtua di rumah tapi kalau sudah berkumpul sama teman-teman rasanya senang sekali. Hafalan Isti juga cepat bertambah," ujarnya dengan logat khas Halmahera.
Semoga Kampung Qur'an Bobanehena terus melahirkan para penghafal Alqur'an baru. Sebab merekalah para generasi muda penghafal Qur'an yang nanti akan membangun tanah Indonesia Timur dengan Alqur'an. InsyaAllah, Aamiin.