Zakat Sedekah Wakaf
×
Masuk
Daftar
×

Menu

Home Tentang Kami Program Laporan Mitra Kami Kabar Daqu Sedekah Barang

Mulai #CeritaBaik Kamu Sekarang

Rekening Zakat Rekening Sedekah Rekening Wakaf

Alamat

Graha Daarul Qur'an
Kawasan Bisnis CBD Ciledug Blok A3 No.21
Jl. Hos Cokroaminoto
Karang Tengah - Tangerang 15157 List kantor cabang

Bantuan

Call Center : 021 7345 3000
SMS/WA Center : 0817 019 8828
Email Center : layanan@pppa.id

Yoyoh, Bangkit dari Keterpurukan

07 August 2017
Image

Yoyoh Junariyah (38) kini tengah meneruskan perjuangan suaminya membangun peradaban Islam selepas orang yang paling ia cintai itu meninggalkannya. Sang suami, almarhum Sumirat Anang telah berpulang sejak empat tahun lalu setelah mengalami kecelakaan saat hendak berangkat ke Jakarta untuk berdakwah usai melaksanakan salat Jumat di masjid yang tak jauh dari kampungnya.

Rumah Yoyoh sebetulnya masih bisa dijangkau dari Jakarta, namun desanya tampak terisolir. Butuh waktu tiga sampai empat jam untuk sampai ke Kampung Cimaraca, Desa Curug, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Di sanalah Yoyoh tinggal bersama ketiga anak dan sang ayah.

Tak tampak jalan beraspal saat tim PPPA Daarul Qur’an masuk ke kampung Yoyoh. Hanya ada jalan setapak yang masih penuh dengan tanah merah dan bebatuan pegunungan di kampung yang letaknya di tengah-tengah perbukitan itu. Saat hujan tiba, tanah merah dipastikan menyulitkan siapapun yang akan melewati jalan itu.

Belum lagi, lampu-lampu penerang jalan sangat jarang terlihat di sepanjang jalan menuju rumah Yoyoh. Kanan kiri jalan di penuhi pohon-pohon karet dan jati yang masih tumbuh subur, juga dilengkapi ilalang yang tingginya kira-kira sekitar dua meter. Jika ingin ke luar kampung, warga harus mengeluarkan ongkos cukup mahal sekitar Rp20-50 ribu.

“Memang jauh sekali kalau mau kemana-mana. Makanya, anak-anak di sini sekolahnya kebanyakan hanya tamatan SD (sekolah dasar). Warga di sini juga jarang ke luar, aktivitasnya yang laki-laki hanya kuli tani serabutan saja, perempuan jadi pembantu rumah tangga di Jakarta,” ujar Yoyoh menceritakan kondisi kampungnya kepada tim PPPA Daarul Qur’an di depan teras rumahnya, Jumat (4/8).

Semasa hidupnya, tutur Yoyoh, Sumirat dikenal sebagai sosok yang suka menolong. Mulai dari pembangunan masjid, pembagian sembako, sampai membangun paguyuban agar silaturahmi masyarakat desa yang hanya dihuni 80 Kepala Keluarga (KK) ini terjalin dengan baik. Sebab sebelum ada masjid, warga tak bisa salat berjamaah. Dan jika Sumirat tak menggelar pengajian, maka tak ada yang mengaji. Mendiang Sumirat adalah satu-satunya ustad di desa tersebut. Sumirat bisa disebut sebagai pembangun peradaban di desanya.

“Saat almarhum meninggal, warga sangat kehilangan. Dan sampai sekarang belum ada penggantinya. Jadi kalau mau salat Jumat atau mengadakan pengajian besar kami cari ustad dari luar untuk mengisi tausiyah. Soalnya kalau ustadnya enggak ada, ya enggak ada salat Jumat di sini,” ucapnya.

Yoyoh, sempat terpuruk saat Sumirat meninggalkannya. Apa lagi kala itu, putri bungsunya masih berusia sembilan bulan. Alhamdulillah, Yoyoh terus mendapat dukungan dari warga setempat. Ia pun memutuskan bangkit dari keterpurukan dan meneruskan pejuangan suaminya. Dari ibu rumah tangga biasa, kini Yoyoh mengajar ngaji untuk anak-anak dan ibu-ibu di desanya. Menurutnya dengan mengajar, ia bisa sedikit melupakan kesedihannya. Apa lagi, setelah ditinggal Sumirat, tak ada lagi guru ngaji dan rumahnya memang jadi satu-satunya tempat anak-anak dan warga mendawamkan Qur’an.

“Warga juga minta saya ngajar gantikan almarhum supaya enggak terlalu terpuruk. Saya juga mau warga di sini pintar dalam hal agama. Jadi meskipun di sini dianggap kampung yang serba tertinggal, tapi jangan sampai juga tertinggal dari segi ilmu pengetahuan agama. Yah pokoknya mah jangan sampai orang-orang sini terputus ilmu agamanya,” tutur Yoyoh.

Mimpi besar Yoyoh adalah, semua santrinya pintar dalam hal agama dan mengaji. Pun khusus kepada ketiga anaknya yang ia harapkan menjadi sosok pejuang dalam dakwah Islam seperti almarhum Sumirat. Dari hampir 50 santri, tutur Yoyoh, sudah ada tujuh santri yang diyakininya dapat menjadi pemimpin masa depan. Pengajian di rumah Yoyoh berlangsung setiap hari untuk anak-anak dan tiga kali seminggu untuk ibu-ibu. Sementara untuk bapak-bapak digelar hanya malam Jumat karena harus mengundang ustad dari luar.

Alhamdulillah, tim PPPA Daarul Qur’an mendapat kesempatan mendistribusikan Alqur’an di Kampung Cimaraca ini, memberikan penghargaan untuk Yoyoh yang telah mendedikasikan dirinya untuk terus melanjutkan perjuangan sang suami membangun peradaban Islam di kampungnya. Bantuan juga diberikan kepada salah satu warga Kampung Cimaraca yang rumahnya roboh terkena angin putting beliung. Semoga Allah terus menguatkan ikhtiar Yoyoh dan mengabulkan setiap mimpi dan harapan Yoyoh. Aamiin Allahuma Aamiin.



Nikmati kemudahan informasi terkait program-program Daarul Qur'an melalui email anda