Zakat Sedekah Wakaf
×
Masuk
Daftar
×

Menu

Home Tentang Kami Program Laporan Mitra Kami Kabar Daqu Sedekah Barang

Mulai #CeritaBaik Kamu Sekarang

Rekening Zakat Rekening Sedekah Rekening Wakaf

Alamat

Graha Daarul Qur'an
Kawasan Bisnis CBD Ciledug Blok A3 No.21
Jl. Hos Cokroaminoto
Karang Tengah - Tangerang 15157 List kantor cabang

Bantuan

Call Center : 021 7345 3000
SMS/WA Center : 0817 019 8828
Email Center : layanan@pppa.id

Berjuang untuk Sembuh

10 August 2017
Image

Langkah Wowo Kuswo (43) tak lagi tegap, sesekali ia harus memegang apapun yang ada didekatnya untuk bisa berdiri dan berjalan. Jika manusia lain memiliki dua tangan sempurna, ia hanya punya satu di sebelah kiri untuk membantunya berdiri, berjalan dan beraktivitas sehari-hari.

Ya, begitulah keadaan ayah tiga anak ini setelah tersengat aliran listrik cukup tinggi saat masih menjadi kuli bangunan. “Waktu itu lagi angkat kayu. Teman saya bantuin angkat dari bawah, saya di atas. Saya enggak liat kalau ada kabel listrik di atas bangunan, kayunya nyangkut kabel kebetulan basah habis hujan. Akhirnya saya kesetrum dan enggak tau lagi tiba-tiba sadar sudah di rumah sakit,” ujar Wowo saat ditemui tim Senyum Mustahik PPPA Daarul Qur’an, Jumat (4/8).

Wowo sempat koma beberapa hari. Saat siuman ia pun heran melihat sekujur tubuhnya seperti terbakar dan tangan kanannya tak bisa lagi digerakkan. Ternyata, tangan Wowo mengalami pembusukan dan harus diamputasi. Ia pasrah. Wowo mengaku bersyukur Allah masih memberikannya kehidupan. “Saya cuma bisa nangis saat itu. Tapi ya mau bagaimana lagi. Mungkin ini teguran dari Allah buat saya,” tuturnya.

Sebelum mengalami kecelakaan, Wowo merupakan kuli dengan panggilan terlaris di desanya yang terletak di daerah Cigudeg, Bogor, Jawa Barat. Ia sering dibooking warga sekitar mulai dari hanya mengecat, memasang genteng yang bocor hingga merenovasi rumah. Sampai-sampai ia menolak permintaan sejumlah warga saking padatnya jadwal untuk memperbaiki rumah yang satu ke rumah yang lain. “Alhamdulillah, ramai yang minta. Ibarat kalau kita jualan sampai repot melayaninya,” ucapnya.

Namun, kala itu Wowo mengaku hampir setiap hari sering meninggalkan salat wajib saking padatnya pekerjaan. Karenanya, ia tak mau lagi menyia-nyiakan kesempatan hidup yang Allah berikan. Kini Wowo sebisa mungkin salat wajib berjamaah di masjid. Ia mengaku ingin semakin mendekatkan diri kepada Allah. “Waktu itu dokter bilang saya harus bersyukur, biasanya orang yang kesetrum kebanyakan enggak bisa ketolong lagi. Makanya sekarang saya coba banyakin zikir, istigfar dan baca Al Fatihah. Terus terang saya belum bisa ngaji. Mudah-mudahan Allah beri kesempatan saya belajar ngaji,” ujarnya.

Perjuangan Wowo dari koma sampai sedikit lebih membaik seperti saat ini cukup panjang. Ia harus dirawat di rumah sakit selama dua bulan dan belajar jalan kurang lebih satu tahun. Sang istri begitu sabar mengurusnya. Mulai dari memberinya salep setiap hari, memijat kaki Wowo sampai memandikannya. “Pertama-tama kalau dibuat jalan darah ngocor terus karena pembuluh darah saya kebakar. Tapi Alhamdulillah istri yang selalu bantu saya sampai sekarang bisa kayak gini,” tuturnya.

Saat sudah mulai bisa berjalan, Wowo paksakan dirinya meminta bantuan dari pemerintah desa setempat untuk berobat. Prinsipnya, ia enggan merepotkan orang tua atau saudara. Hampir semua instansi pemerintahan seperti pemda kabupaten dan kecamatan juga dinas sosial ia datangi. Tujuannya adalah mendapat ongkos berobat dan makan sehari-hari. Alhamdulillah, sesekali Wowo mendapat bantuan dari warga setempat yang prihatin dengan keadaannya.

“Karena terus terang, saya belum bisa bekerja dan belum ada pekerjaan yang menerima saya. Kaki juga masih dibungkus perban. Selama ini berjuang sendiri untuk kesembuhan meskipun sebetulnya saya malu kalau terus-terusan mengarapkan belas kasihan dari orang lain. Saya pikir saya mau usaha bikin warung kecil-kecilan tapi belum ada modal,” ucapnya.

Wowo sempat putus asa. Apa lagi ketika anak pertamanya hendak masuk Sekolah Menengah Atas (SMA). Ia meminta sang anak tidak meneruskan sekolah karena Wowo tak mampu lagi membiayai. Namun lantaran begitu besar keinginan sang anak sekolah, Wowo pun malu dan mencoba mencari cara agar anaknya bisa melanjutkan sekolah. “Dia (anak) ngambek waktu saya bilang enggak usah lanjut sekolah. Boro-boro bantu ibunya, ada sekitar dua minggu enggak mau makan. Di situ saya nangis dan bangkit. Gimanapun caranya saya harus bisa menyekolahkan anak-anak saya,” tuturnya.

Alhamdulillah, Wowo mendapat bantuan dari pemerintah setempat. Anaknya pun kini bisa melanjutkan sekolah. Saat ini, Wowo masih berjuang untuk kesembuhan kakinya yang pernah terbakar sengatan listrik itu karena terkadang kambuh meskipun sudah tiga kali dioperasi. Ia juga tak pernah menyerah mencari nafkah untuk menyambung hidup keluarganya.

Tim Senyum Mustahik PPPA Daarul Qur’an diberi kesempatan bertemu dengan Wowo. Berupaya memberikan sedikit bantuan kesehatan dan modal usaha. “Selama ini kan Pak Wowo bolak-balik buat menyambung hidup. Mudah-mudahan dengan adanya modal usaha ini bisa menutupi paling tidak biaya makan sehari-hari Pak Wowo. Semoga juga usaha yang dikelola nanti lancar sehingga bisa buat Pak Wowo berobat sampai sembuh,” ujar Koordinator Senyum Mustaik, Rojali.

Semoga Allah memberikan kesembuhan untuk Wowo, keberkahan usaha dan kesuksesan dunia akhirat untuk anak-anaknya yang kini tengah melanjutkan sekolah. Aamiin Allahuma Aamiin.



Nikmati kemudahan informasi terkait program-program Daarul Qur'an melalui email anda