Zakat Sedekah Wakaf
×
Masuk
Daftar
×

Menu

Home Tentang Kami Program Laporan Mitra Kami Kabar Daqu Sedekah Barang

Mulai #CeritaBaik Kamu Sekarang

Rekening Zakat Rekening Sedekah Rekening Wakaf

Alamat

Graha Daarul Qur'an
Kawasan Bisnis CBD Ciledug Blok A3 No.21
Jl. Hos Cokroaminoto
Karang Tengah - Tangerang 15157 List kantor cabang

Bantuan

Call Center : 021 7345 3000
SMS/WA Center : 0817 019 8828
Email Center : layanan@pppa.id

Duka Al Zahra, Duka Kita Bersama

10 August 2017
Image

Semua yang bernyawa akan mati. Namun Siti Zubaidah tidak akan menyangka suaminya, Muhammad Al Zahra, akan meninggal dengan cara yang mengenaskan. Ia dibakar hidup-hidup setelah sebelumnya dipukul puluhan orang. Penyebabnya Al Zahra diduga mengambil alat pengeras suara musala Al Hidayah yang berada di Kecamatan Babelan, Bekasi Utara.

Selasa (1/8) tepat pukul 11.00 WIB, Al Zahra pamit kepada istrinya untuk mencari alat pengeras suara bekas yang akan dibetulkan untuk selanjutnya dijual kembali. Tidak ada tanda atau prasangka jika itu adalah pamitnya Al Zahra untuk selamanya. Dalam perjalanan pulang Al Zahra menyempatkan untuk salat Ashar, setelah itulah pengeras suara musala Al Hidayah hilang dimana menurut pengakuan marbot musala, sebagaimana dilaporkan oleh sejumlah media, terlihat dibawa oleh korban.

Meninggalnya Al Zahra dengan cara dibakar hidup-hidup ini menimbulkan keprihatinan dan kecaman dari banyak pihak. Terlepas benar atau tidaknya Al Zahra mengambil pengeras suara musala Al Hidayah, praktik main hakim sendiri yang berujung dibakarnya Al Zahra dalam keadaan masih bernyawa jelas bukanlah sesuatu yang dibenarkan. Terlebih banyak orang yang asyik merekam kemudian menyebarkannya lewat media sosial.

Kecaman pun berdatangan dari berbagai pihak. Banyak pihak menyayangkan apa yang dilakukan terhadap Al Zahra. Terlebih ia harus meninggalkan istri dengan usia kehamilan enam bulan dan seorang putra bernama Alif Saputra yang masih berusia empat tahun.

Tetangga dan kerabat korban pun tidak menerima tuduhan Al Zahra mengambil pengeras suara musala. Keseharian pemuda berusia 30 tahun itu sangat jauh dari apa yang disangkakan. Ia selalu salat berjamaah di musala Baiturahman yang berjarak sekitar 50 meter dari rumah korban.

“Kesaksian kerabat dan tetangga tidak mencerminkan korban adalah orang yang dekat dengan tindakan kriminal. Bahkan ia selalu shalat berjamaah dan kerap menjadi imam masjid,” ujar Ujang Nerun, Kepala Desa setempat.

Hal serupa juga diutarakan Engkung (70) ketua RT tempat Al Zahra tinggal. Ia mengisahkan korban merupakan pemuda yang baik. Ia selalu membawa anaknya salat ke musala saat Maghrib. Bahkan jika ingin mencoba pengeras suara yang telah selesai dibetulkan ia akan meminta ijin kepada tetangga terdekatnya.

“Kami sangat kehilangan dan tidak menerima korban meninggal dengan cara demikian. Kami ingin aparat untuk mengusut kasus ini dan memberikan hukuman kepada pelaku kejahatan,” ujarnya.

Rumah Al Zahra yang terletak di Kampung Jati, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, pun menjadi perhatian warga. Tidak hanya para tetangga dan kerabat dekat saja yang melakukan takziyah. Sejumlah tokoh seperti Menteri Agama Lukman Saifudin, Walikota Purwakarta Dedi Mulyadi, Ketua Badan Kehormatan DPR RI KH. Surahmad Hidayat pun berkunjung untuk menyatakan belasungkawa.

Keprihatinan juga datang dari sejumlah lembaga sosial seperti PPPA Daarul Qur’an yang melakukan takziyah kerumah korban pada Senin (7/8) petang. Selain menyatakan belasungkawa dan keprihatinan juga diberikan bantuan materi kepada keluarga korban.

“Kami menyatakan belasungkawa yang sedalam-dalamnya dan mendoakan almarhum diberikan pengampunan dan dilapangkan kuburnya,” ujar Rojali, mewakili PPPA Daarul Qur’an.

Rojali juga berpesan kepada kerabat dan keluarga korban untuk menjaga suasana hati dan kesehatan fisik Siti Zubaidah mengingat ia tengah mengandung anak keduanya.



Nikmati kemudahan informasi terkait program-program Daarul Qur'an melalui email anda