Zakat Sedekah Wakaf
×
Masuk
Daftar
×

Menu

Home Tentang Kami Program Laporan Mitra Kami Kabar Daqu Sedekah Barang

Mulai #CeritaBaik Kamu Sekarang

Rekening Zakat Rekening Sedekah Rekening Wakaf

Alamat

Graha Daarul Qur'an
Kawasan Bisnis CBD Ciledug Blok A3 No.21
Jl. Hos Cokroaminoto
Karang Tengah - Tangerang 15157 List kantor cabang

Bantuan

Call Center : 021 7345 3000
SMS/WA Center : 0817 019 8828
Email Center : layanan@pppa.id

Yang Menyapa di Hutan Pinus

16 August 2017
Image

Bantul (12/8) - Pagi menuju siang di akhir pekan, sayup terdengar suara tidak biasa di sela-sela pohon pinus Mangunan, Bantul. Suara yang menggantikan ramai pengunjung Hutan Pinus Mangunan yang biasanya masyuk berfoto ria di Panggung Sekolah Hutan di area tersebut.

Di atas puluhan gelondong batang pinus yang ditata melintang serupa teater menghadap ke satu panggung besar, nampak ratusan remaja duduk rapi menyimak seorang pria menjelaskan sesuatu. Dwi Makmun, dengan syal khas NTT, menjadi moderator acara rilis buku dan pelatihan menulis feature. Antusias, ratusan remaja tertawa kecil menyimak candaan renyah Dwi Makmun mengisahkan pembacaannya pada buku Yang Terlupa Yang Menyapa (2017) yang ditulis oleh anak-anak Kali Code dan Kampung Rukem Purworejo.

“Buku yang berani,” ucap Dwi Makmun mengantarkan pembuka diskusi dan rilis buku pagi itu. “Kita tidak akan menemukan teori-teori dalam buku ini, namun kita akan menemukan keberanian anak-anak Kali Code dan Rukem untuk menyapa publik dengan tulisan. Mengabarkan tentang cita-cita, sekolah, masjid, dan apa-apa yang dekat dengan keterpinggiran mereka”, lanjut Dwi Makmun.

Satu per satu pembicara dihadirkan, adalah Gumanti jurnalis Daarul Qur’an dan pemilik toko buku Pilihbuku.com, Miftah Farid peserta program BTQ for Leaders dan mahasiswa ISIP UGM, Bandung Mawardi esais dan aktivis Bilik Literasi Solo, dan Rosmiyati Dewi Kandi Direktur Aksara Institute yang juga mantan Editor CNNIndonesia.com.

Dari atas Panggung Sekolah Hutan, Bandung Mawardi mengapresiasi buku Yang Terlupa Yang Menyapa (2017). “Anak pada zaman ini menjadi wadah tampungan berbagai kepentingan bahasa, dan sedikit sekali dapat berkomunikasi kepada orang lain sehingga saluran komunikasi anak-anak zaman ini adalah televisi dan permainan di telefon genggam,” jelas Bandung Mawardi. Menurutnya, anak-anak terlalu terdoktrin oleh sistem pengajaran di sekolah yang mengotakkan menulis adalah mencatat. Padahal keduanya adalah hal berbeda.

Miftah Farid Mahardika, salah seorang peserta program pembinaan BTQ for Leaders, menarasikan aktivitas Program Literasi Hasanah di Kali Code selama beberapa bulan terakhir. Mulai dari ajakan mengaji Al-Qur’an yang sulit, umpatan yang sering keluar dari mulut anak-anak, hingga pamrih makanan kecil untuk sekedar duduk dan mengaji.

Sampai pada hari-hari terakhir penulisan buku, ada yang sudah berubah. Anak-anak Kali Code sudah mulai berkisah, bercakap, dan menulis dengan lebih mudah. “Pendidikan adalah sebuah proses, kita yang harus menghadirkan diri lebih dekat kepada anak-anak Code,” tambah Miftah Farid, seorang mahasiswa yang sudah menghafal 6 juz Al-Qur’an.

Gumanti, Jurnalis Daarul Qur’an, pun sepakat dengan Bandung Mawardi dan menambahkan bahwa anak-anak masa kini kehilangan kemampuan untuk berbahasa. Buku Yang Terlupa Yang Menyapa (2017) garapan para peserta BTQ for Leaders wilayah Yogyakarta ini bisa menjadi inspirasi kaum muda lainnya. Juga sebagai tanda tentang ada perjalanan pembelajaran anak-anak pinggiran.

Buku Yang Terlupa Yang Menyapa (2017) adalah lecutan untuk kita yang seringkali kikuk untuk berkisah. Buku ini lahir dari sudut-sudut wilayah sempit yang seringkali kita lupakan: anak-anak Kali Code dan Rukem Purworejo. Kali ini justru mereka yang datang menyapa melalui tulisan-tulisan sederhana nan polos ala anak-anak.


Ikhtiar Memenuhi Ruang Publik

Tepat jam dua belas siang, rilis buku dan diskusi usai. Acara dilanjutkan kembali jam satu siang dengan pelatihan menulis feature bersama Rosmiyati Dewi Kandi. Ratusan remaja tetap duduk memahami lima belas menit penjelasan dari Kandi yang dilanjutkan praktik menulis.

Barisan tata penonton bubar seketika. Beberapa memilih duduk di bawah masing-masing pohon pinus menuliskan kisah. Beberapa khusyuk memerhatikan situasi sekitar. Tiga puluh menit berlalu, seluruh tulisan dibaca dan diapresiasi Kandi. Dua terbaik terpilih. Selepas Ashar, pelatihan ditutup dengan pembacaan dua tulisan terbaik dan sambutan dari PPPA Daarul Qur’an.

“Program Literasi Hasanah dan Pelatihan Menulis Feature ini adalah ikhtiar awal untuk para remaja untuk memenuhi ruang publik kita dengan tulisan-tulisan positif dan Islami. Jika tidak dimulai, maka ruang publik kita akan direbut dan diisi oleh berbagai kabar negatif dan minim nilai dakwah. Alhamdulillah, BNI Syariah dan Yayasan Hasanah Titik! berkomitmen atas inisiasi gerakan ini,” jelas Maulana Kurnia Putra, pimpinan cabang PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta.

“Menulis adalah keberanian,” Kandi mengutip Pramoedya Ananta Toer untuk menitip nasihat ke seluruh peserta pelatihan menulis. Semoga ke depan, akan muncul berbagai tulisan dari banyak remaja yang terus belajar menulis dan engabarkan peristiwa ke publik sehingga ruang dakwah Al-Qur’an terus dikreasikan. Aamiin.



Nikmati kemudahan informasi terkait program-program Daarul Qur'an melalui email anda