Bagi para petani, masa paceklik menjadi masa sulit dalam hidup. Itulah yang kini dialami petani kopi suku Gayo di Kampung Simpang Juli, Takengon, Kabupaten Aceh Tengah.
Masa sulit memang sedang mendera. Selain berkurangnya bahan makanan, sepinya perdagangan juga menjadi faktor suramnya hidup. Jangankan untuk berkurban, memenuhi kebutuhan sehari-hari saja berat bagi mereka.
Kondisi ini membuat Pak Keuchik (sebutan kepala desa di Aceh) tertunduk lesu. Pak Keuchik khawatir, jika perayaan Idul Adha tahun ini tak ada hewan qurban yang disembelih.
Melihat kondisi memprihatinkan ini, Qurban Istimewa (QUIS) PPPA Daarul Qur'an bergerak cepat menghadirkan sapi untuk petani kopi suku Gayo di Simpang Juli, Takengon, Jumat (1/9).
Meski harga sapi di Aceh tergolong paling mahal di Indonesia, Quis PPPA Daarul Qur'an berhasil menghadirkan sapi dengan ukuran besar.
Pak Keuchik yang beberapa hari lalu tertunduk lesu, kini nampak sumringah menyambut hadirnya sapi. Setelah sapi tiba, ia bersama warga langsung mempersiapkan penyembelihan hewan qurban.
Gema takbir bertalu tiada henti mengiringi kebahagiaan penyembelihan hewan qurban. Rona kebahagiaan terpancar, semuanya tersenyum simpul, turut ambil bagian dalam proses penyembelihan dan pemotongan.
Mewakili warga, Pak Keuchik berucap syukur dan berterima kasih atas nikmat Allah berupa sembelihan daging kurban dari para donatur (pekurban) yang berkurban lewat QUIS PPPA Daarul Qur'an.
"Penyaluran hewan qurban di masa paceklik sangat membantu kami, terasa betul manfaatnya," ujar Pak Keuchik.
Akhirnya, meski di masa paceklik, para petani kopi suku Gayo bisa merayakan kemenangan dengan menyembelih hewan qurban. Alhamdulillah, Allahu Akbar!