Zakat Sedekah Wakaf
×
Masuk
Daftar
×

Menu

Home Tentang Kami Program Laporan Mitra Kami Kabar Daqu Sedekah Barang

Mulai #CeritaBaik Kamu Sekarang

Rekening Zakat Rekening Sedekah Rekening Wakaf

Alamat

Graha Daarul Qur'an
Kawasan Bisnis CBD Ciledug Blok A3 No.21
Jl. Hos Cokroaminoto
Karang Tengah - Tangerang 15157 List kantor cabang

Bantuan

Call Center : 021 7345 3000
SMS/WA Center : 0817 019 8828
Email Center : layanan@pppa.id

Menuntaskan Jalan Kemanusiaan

12 September 2017
Image

Mas Dian, seorang perawat Klinik DAQU, tak bisa berkomentar. Dengan sigap, ia langsung menyiapkan obat-obatan ketika Bu Tisem, ibu kadung Sugiharto mempersilahkan tim medis PPPA Daarul Qur’an untuk melihat dan merawat luka di kaki Sugiharto yang sudah parah. Sugiharto ialah guru ngaji di pelosok Banyumas yang sudah bertahun-tahun mengalami kelumpuhan karena kecelakaan yang dialaminya.

Perban basah berwarna kuning dibuka, luka menganga selama 13 tahun tak kunjung dibersihkan membuat tim medis menelan ludah dan tidak bisa berkomentar apa-apa. Dua kaki dengan kondisi sama, luka parah, minim medikasi dan harus segera dibersihkan. Tidak ada pilihan selain membawa Sugiharto ke rumah sakit terdekat, kalau perlu ke rumah sakit di Yogyakarta untuk “membereskan” masalah di dua kaki Sugiharto yang sudah 16 tahun tidak bisa berjalan.

Dua minggu setelah kunjungan pertama pada awal Agustus 2017 ke kediaman Sugiharto di Ajibarang, Banyumas. Tim PPPA Daarul Qur’an bersama tim medis dan beberapa relawan kembali menjenguk Sugiharto tanpa pemberitahuan. Selain medikasi, tim juga membawakan pesanan Sugiharto untuk menjawab kerinduannya membaca Alqur’an dan kitab-kitab hadits berhuruf pegon, tentunya kitab yang tidak lusuh dan berdebu.

Alhamdulillah, 30 mushaf Alqur’an dan satu paket kitab Fathul Bahri membuat Sugiharto tersenyum lebar. Bu Tisem haru melihat anaknya, bisa kembali berbahagia di tengah kelumpuhan dan semangatnya mendakwahkan Alqur’an untuk anak-anak sekitar. 16 tahun, Sugiharto terus mengajarkan bagaimana alif ba ta dibaca dengan fasih di sebuah kamar sempit 3x3 meter, dan 20-30 anak sembari antri di ruang tengah dan halaman depan rumah sederhananya setiap sore.

“Mas, semalam Ustad Yusuf Mansur ke sini bersama putrinya. Duduk di situ, sambil mengelus kaki saya,” ungkap Sugiharto dengan bahasa Jawa Kromo. Allahu Akbar. Tim PPPA Daarul Qur’an yang hendak berpamitan pun menahan diri, ingin mendengar kisah selanjutnya dari Sugiharto. “Biarkan anak-anak santri menunggu di depan, saya mau cerita,” lanjut Sugiharto sembari terus menggenggam lemah tangan menahan kepergian tim PPPA Daarul Qur’an.

“Saya akan terus bertahan untuk Alqur’an, anak-anak harus menyelesaikan setoran juz 30 untuk memulai mengaji Alqur’an seluruhnya. Mimpi kehadiran Ustad Yusuf Mansur dan putrinya, juga kehadiran jenengan menguatkan saya,” Sugiharto terus berkisah, sementara Bu Tisem menahan haru yang luar biasa melihat anaknya mau berbagi rasa dengan orang lain.

Sugiharto pun mengungkapkan keinginannnya membagi kitab-kitab untuk santri-santrinya. Kitab ‘Ala ‘Ala, Hidayatus Sibyan, dan Tafsiri dipesannya untuk para santri agar lebih pandai mengaji, juga tatakan kitab agar betah menghafal Alqur’an. Memang, belasan anak-anak duduk antri di dalam kamar seluas 3x3 meter terlihat kurang nyaman untuk mengaji, terlebih dipan tua cukup lebar tempat Sugiharto merebah membuat sesak dan sumuk.

Satu minggu setelah pertemuan terakhir, satu mobil pick up berhenti di samping rumah Sugiharto. Kali ini relawan PPPA Daarul Qur’an membawa satu buah ranjang standar rumah sakit untuk Sugiharto, berharap dipan tua lebar dapat diganti dengan yang lebih ringkas agar anak-anak bisa mengaji dengan nyaman. Ranjang baru Sugiharto memecah kebosanannya yang hanya tergeletak kaku selama 16 tahun. Kini Sugiharto bisa mengajar sembari duduk.

Puluhan kitab pesanan Sugiharto pun turut dibawakan dan dibagikan untuk semua santrinya. Semangat mereka untuk mengaji dan mulai menghafal Alqur’an kembali muncul. Ranjang baru, rak kitab, dan puluhan kitab untuk para santri adalah perkara sederhana namun berdampak besar terhadap semangat mendakwahkan Alqur’an di pelosok daerah dengan semua kisah dan keterbatasannya. Sugiharto dan keluarganya seolah mendapat nafas baru untuk terus berdakwah karena Sugiharto adalah satu-satunya tempat untuk mengaji Alqur’an di kampungnya.

InsyaAllah, ke depannya tim PPPA Daarul Qur’an akan mengobati kedua kaki Sugiharto meski harus menempuh perjalanan antara Banyumas dan Yogyakarta. Keinginannya adalah menyempurnakan dakwah Alqur’an di pelosok daerah dengan menyempurnakan kerja kemanusiaan. Semoga Sugiharto, keluarganya, dan para santri selalu diberikan kesabaran dan semangat dalam istiqomah menjaga Alqur’an. Aamiin Allahuma Aamiin.



Nikmati kemudahan informasi terkait program-program Daarul Qur'an melalui email anda