Gerakan menghafal Alqur’an terus tumbuh di Indonesia. Bila biasanya peghafal Qur’an hanya ditemukan di pondok pesantren atau rumah tahfizh tetapi kini penghafal Qur’an juga banyak bermunculan dari kalangan masyarakat umum seperti guru, ibu rumah tangga dan lainnya.
Hal tersebut dijelaskan Direktur Eksekutif PPPA Daarul Quran, Tarmizi As Shidiq saat memberikan sambutan pembukan pelaksanaan Wisuda Akbar 8 Penghafal Quran area Yogyakarta yang berlangsung di Masjid Kampus UGM, Ahad (22/10).
Hadir dalam kegiatan ini ketua MUI Yogyakarta KH. Toha Abdurrahman, Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi, Dr Sagiran, Ustad Solihudin, serta Ulama Muda Indonesia yang lahir dan besar di Mekkah Syeikh Abdul Bashit.
“Dulu waktu pertama memulai Daarul Qur’an kita mencari mereka yang mau menghafal susah sekali. Namun sekarang siapapun ramai-ramai ingin menghafal Qur’an meski harus bebayar sekalipun,†ujar Tarmizi.
Dalam kesempatan yang sama Ketua MUI Yogyakarta, Toha Abdurrahman menyatakan perasaan senang dan bangga melihat banyak anak kecil yang kini ramai-ramai menghafal Alqur’an. Ia berharap dari anak-anak ini nanti akan menjadi penyeru masyarakat kepada ajaran Islam yang baik dan benar.
Meski menderita stroke diusianya yang tidak muda lagi, Toha dengan semangat terus memotivasi para santri agar tidak berhenti dalam belajar agama Islam. Untuk menujukkan semangatnya ia terus berdiri saat memberikan tausiyah.
Sementara itu Dr. Sagiran menyatakan menjadi penghafal Alqur’an memiliki banyak keuntungan selain menambah kecerdasan dan juga merangsang otak. Selain itu mereka yang sibuk menghafal Alqur’an akan memiliki pikiran dan jiwa yang positif dalam tubuhnya.
Adapun Syaikh Abdul Bashit dalam pesannya mengatakan untuk menjadi penghafal Alqur’an ada beberapa kiat yakni mendapat restu dari orangtua, taat pada guru, ikhlas dan tidak gampang menyerah. Pria yang sudah hafal Alqur’an sejak usia sembilan tahun ini juga menyempatkan untuk membacakan surah al-fath kepada para peserta ujian wisuda akbar.