“Kita hidup di sebuah zaman, ketika uang dipuja-puja sebagai Tuhan”
“Dengan uang, hubungan antar manusia diukur dan ditentukan”
“Ketika mobil, tanah, deposito, relasi dan kepangkatan”
“Ketika politik, ideologi, kekuasaan disembah sebagai Tuhan”
“Ketika dominasi materi menggantikan Tuhan”
"Saudaraku, masih adakah kiranya harapan bagi kita manusia Indonesia?”
“Masih adakah?”
“Mudah-mudahan masih ada”
“Karena ada bahagian dari kita, saudara-saudara kita yang sangat menderita dan makbul dalam doa”
“Dan kita semua kebagian sayang dari Tuhan melalui mereka”
“Alhamdulillah masih ada”
Kutipan puisi di atas merupakan karya Taufiq Ismail. Suatu kehormatan bagi PPPA Daarul Qur’an mendapat kesempatan menampilkan penyair dan sastrawan legendaris Indonesia tersebut dalam gelaran “Corporate Gathering” di Hotel Santika Premier Bintaro, Tangerang Selatan pada Jumat (24/11).
Lelaki yang kini berusia 82 tahun itu mengaku bersyukur bisa hadir dalam acara pemberian anugerah kepada perusahaan-perusahaan pencinta Qur’an ini. Ia tak menyangka, pergerakan dakwah Qur’an PPPA Daarul Qur’an begitu luas menyentuh seluruh lapisan masyarakat Nusantara hingga dunia.
“Hebat betul Alhamdulillah saya tak menyangka kegiatan-kegiatan tahfizhul Qur’an PPPA ini sangat banyak dan luas sekali. Dan beliau Yusuf Mansur, enggak mau dipuji,” ujar Taufiq.
Melalui bait-bait puisinya, Taufiq menilai dari kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan dakwah yang dilakukan PPPA Daarul Qur’an masih ada harapan bagi Indonesia dan dunia mendapat kebahagiaan yang hakiki di tengah carut marutnya permasalahan baik dari segi sosial kemanusiaan, pendidikan dan ekonomi pembangunan.
Yakni, dengan memberikan senyuman, kepedulian dan berbagi kepada saudara-saudara kita sesama manusia yang membutuhkan. Semoga, dakwah Qur’an dan syiar Islam PPPA Daarul Qur’an terus mengalir memberikan manfaat kepada seluruh insan, menyentuh sampai ke ujung dunia. Aamiin Allahumma Aamiin.
