Zakat Sedekah Wakaf
×
Masuk
Daftar
×

Menu

Home Tentang Kami Program Laporan Mitra Kami Kabar Daqu Sedekah Barang

Mulai #CeritaBaik Kamu Sekarang

Rekening Zakat Rekening Sedekah Rekening Wakaf

Alamat

Graha Daarul Qur'an
Kawasan Bisnis CBD Ciledug Blok A3 No.21
Jl. Hos Cokroaminoto
Karang Tengah - Tangerang 15157 List kantor cabang

Bantuan

Call Center : 021 7345 3000
SMS/WA Center : 0817 019 8828
Email Center : layanan@pppa.id

Kisah Enam Tahun Dakwah

08 December 2017
Image

Sebuah rumah tahfizh berdiri di pemukiman sempit yang terletak di Gang Badak Kampung Muara, Tajur, Bogor Timur. Disanalah Erni Juhanah (55) dan suami Olim Sukmawijaya (61) tinggal. Pasangan suami istri tunanetra ini adalah pengelola sekaligus pengajar Rumah Tahfizh Nurul Qolbi 2.

Nurul Qolbi memang bukan rumah tahfizh biasa sebab 36 santrinya tunanetra, termasuk pengajar dan pengurus. Jadwal belajarnya pun hanya seminggu sekali, setiap Rabu mulai pukul 08.00-12.00 WIB. Maklum, yang belajar di sana rata-rata berprofesi sebagai pemijat panggilan, termasuk Erni dan suami.

“Belajar di sini tantangannya luar biasa. Mereka datang ke sini saja sudah luar biasa. Ada yang dari Parung Kuda dan Cimanggis, naik angkot dari luar kota Bogor,” ujar Bunda Erni sapaan akrabnya.

Sudah enam tahun Rumah Tahfizh Nurul Qolbi 2 berdiri di rumahnya yang berukuran 5x5 meter persegi. Selama itu pula Erni dan suami berdakwah di komunitas tunanetra, tanpa mengharap imbalan dan tak menarik iuran. Padahal, puluhan cangkir kopi atau teh hangat sudah pasti mereka suguhkan untuk santri-santrinya.

Bunda Erni pun menyebut sejumlah nama santri-santrinya yang sudah mampu menghafal Alqur’an. Pasangan suami istri Saadah (20) Mansur (24 tahun) misalnya yang telah menyetor 5 dan 10 juz. Juga Siti Maryam (60), seorang tukang pijat di Ciomas, Bogor yang pada gelaran Wisuda Akbar 8 Oktober lalu mampu menghafal utuh Surat Al Fath hanya dalam empat hari.

Padahal metode belajarnya sangat sederhana, Erni dan Olim hanya membacakan sepenggal ayat kemudian diikuti oleh “murid-muridnya” berkali-kali. “Harapan kami cuma satu, supaya Allah bahagiakan kami di akhirat. Belajar dan menghafal Alqur’an bersama inilah jalannya. Walaupun kami tak pernah tahu bentuk huruf hijaiyah, tetapi kami bisa menghafal sama seperti orang normal,” tuturnya.

Kisah Erni menjadi motivasi tersendiri bagi kita semua agar dakwah Qur'an yang ia jalankan tetap bertahan. Seperti nama rumah tahfizhnya yang berarti Cahaya Hati. Semoga cahaya hati itu pula terus menerangi para donatur PPPA Daarul Qur'an, karena jalan sedekah Anda membuka keberkahan Qur'an.



Nikmati kemudahan informasi terkait program-program Daarul Qur'an melalui email anda